Impor Pangan Terus, Kapan Indonesia Bisa Mandiri?
Impor merupakan salah satu kegiatan perdagangan internasional antar negara untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Aktivitas perdagangan tersebut sudah jadi barang lumrah antar negara.
Akan tetapi apa jadinya jika produk yang diperjualbelikan justru ada bahkan mencukupi kebutuhan di dalam negeri? Bukankah kebijakan impor ini mubazir dan merugikan anak bangsa?
Ini seperti yang sedang terjadi di negeri tercinta, Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Muhammad Habibullah mengatakan stok beras nasional cukup bahkan surplus.
Habibullah mengatakan, terdapat perbedaan penghitungan stok beras antara BPS-Kementan dan Bulog-Bapanas.
Menurut data luas panen dan produksi padi yang dirilis BPS pada Oktober 2022, total luas panen padi 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektar atau naik 1,87 persen dari 2021. Maka produksi beras dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan surplus (kompas.com)
Namun kenyataannya, pemerintah memutuskan impor beras 500 ribu ton. Berdasarkan data yang dipaparkan Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor beras Indonesia sepanjang Januari-November 2022 mencapai 326,5 ribu ton.
Impor beras terbesar berasal dari India hingga mencapai setengah dari volume impor. Disusul Pakistan sebanyak 68,72 ribu ton, Thailand sebanyak 51,58 ribu ton dan Vietnam tercatat 44,34 ribu ton.
Selain beras, terdapat kedelai, kacang tanah, kacang hijau serta jagung sebagai komoditas pangan yang menjadi langganan impor di Indonesia.
Dikutip dari katadata.co.id, Indonesia masih impor hasil tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Menurut BPS, kedelai merupakan komoditas pangan dengan volume impor terbesar. Indonesia juga impor beras, kacang tanah serta tanaman palawija.
Impor yang sering dilakukan oleh pemerintah selalu dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri serta meredam lonjakan harga. Padahal kenyataanya kebutuhan dalam negeri masih sangat mencukupi.