Indonesia Gelap, Islam sebagai Penerang Hakiki

Gelombang demonstrasi yang melibatkan mahasiswa hingga sejumlah organisasi masyarakat sipil bertajuk “Indonesia Gelap” terjadi di sejumlah daerah termasuk di Jakarta sejak Senin (17/2) hingga Jumat (21/2) lalu.
Sejumlah pengamat menilai legitimasi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto “sudah oleng” menyusul aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk “Indonesia Gelap” yang berlangsung di berbagai daerah. Aksi yang berlangsung selama hampir sepekan tersebut merupakan akumulasi dari kekecewaan masyarakat yang semestinya disuarakan oleh DPR.
Aksi ini digelar sebagai respons terhadap berbagai keputusan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat dan mengancam masa depan generasi muda, mulai dari banyaknya pemutusan hubungan kerja dan sulitnya mencari pekerjaan, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, kasus gas elpiji 3 kilogram, hingga puncaknya ketika pemerintah memangkas anggaran di sejumlah sektor.
Akademisi dan sejarawan Andi Achdian memaparkan gerakan-gerakan demonstrasi mahasiswa sejak tahun 1960, 1998, bahkan hingga sekarang sebetulnya memiliki pijakan yang sama: mengoreksi keputusan pemerintah yang tidak populer dan merugikan masyarakat. “Jadi secara historis [gerakan] mahasiswa tidak berubah, masih seperti itu… landasan korektif terhadap pemerintah, bukan mengubah rezim.” Sependek ingatannya, gerakan mahasiswa tersebut sebagian besar berhasil mengubah keputusan pemerintah yang keliru (BBC News Indonesia, 21/02/2025).
Aksi demo Indonesia Gelap yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Sayangnya, tuntutan yang ditawarkan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya, bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan. Padahal, penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga nasib rakyat Indonesia di masa mendatang mengkhawatirkan (Indonesia Gelap).
Landasan sistem demokrasi adalah sekularisme kapitalisme yang mencengkeram, sehingga menghasilkan kebijakan yang condong kepada para kapitalisme. Apalagi saat ini lingkaran oligarki pun ikut dalam catur kekuasaan. Maka tidak heran kebijakan di negeri ini bagaikan membawa Indonesia kepada kegelapan, karena kepentingan dan kesejahteraan rakyat tidak menjadi poin utama dalam menyelesaikan permasalahan.
Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis, namun juga harus bisa memberikan solusi yang benar, dan solusi yang benar hanyalah solusi dari Islam. Peran anak muda penting terhadap isu-isu politik. Hal ini bisa menjadi pendongkrak perubahan terhadap kebijakan. Tidak harus memiliki kekuasaan dalam jabatan untuk merubah keadaan, tetapi melek terhadap politik juga sesuatu hal yang harus, agar menciptakan keserasian terhadap harapan masyarakat yang sesuai syariat dengan kebijakan yang dibuat.
Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam, karena hanya penerapan sistem Islamlah yang meniscayakan masa depan masyarakat gemilang, bukan gelap atau suram. Dalam QS Ali Imran ayat 104 dinyatakan, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Maksud menyuruh berbuat yang makruf adalah menyuruh pada semua ucapan atau perbuatan yang harus dikatakan atau diperbuat sesuai nash-nash syariat Islam. Definisi mencegah kemungkaran (al-munkar) adalah mencegah semua yang dilarang dalam syariat.
Sudah menjadi sunatullah pada setiap zaman para pemuda selalu menjadi pelopor perubahan. Bahkan, para nabi juga diangkat untuk menyampaikan risalah Allah SWT saat berusia muda, seperti sosok Ibrahim as, Daud as, Musa as, dan Rasulullah Muhammad Saw. Mereka para pemuda yang memimpin perubahan di tengah kaumnya.
Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah ideologis agar dapat mengawal perubahan sesuai contoh Rasulullah Saw. Dengan demikian, pemuda akan memahami permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat serta dapat menyodorkan solusi yang hakiki, yakni Islam. Wallahu a’lam bish shawab.
Iis Nurhasanah, Warga Kabupaten Bandung, Jabar.