SUARA PEMBACA

Indonesia Juara Pengangguran se-Asia Tenggara, Prestasikah Tuan Penguasa?

Apa kabar Tuan Penguasa? Negeri yang kau pimpin kembali mencatatkan namanya di kancah internasional, meskipun regional. Jika beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai negara terbanyak pemain judolnya sedunia. Kali ini gelar nomor wahid jumlah pengangguran tingkat Asia Tenggara. Prestasikah ini wahai Tuan Penguasa?

Dalam catatan Internasional Moneter Fund (IMF) pada laporan World Economic Outlook yang terbit April 2024, dengan persentase sebesar 5,2 persen, tingkat pengangguran Indonesia tertinggi di negara-negara Asia Tenggara (detik.com, 25/07/2024).

IMF mendefinisikan tingkat pengangguran sebagai persentase penduduk di usia produktif yakni 15-64 tahun yang sedang mencari pekerjaan. Berbeda 0,4 poin, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 4,8 persen atau setara dengan 7,2 juta orang.

Sungguh bukan jumlah yang sedikit. Terlebih jika menengok orang-orang yang ada di belakang 7,2 juta pengangguran tadi. Apakah Tuan Penguasa bisa melihat ada istri dan anak-anak yang tak tercukupi kebutuhan dasar hidupnya?

Fakta di atas menunjukkan kegagalan engkau wahai Tuan Penguasa. Gagal menjamin tersedianya lapangan pekerjaan. Gagal menjamin kesejahteraan rakyat. Kegagalan yang sistemik. Konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalisme.

Sistem kapitalisme hanya membatasi peran negara sebagai regulator dan fasilitator. Bukan mengurus rakyat namun mengakomodir kepentingan pengusaha yang telah memberi modal pada saat kontestasi pemilu. Alhasil, semua regulasi dan kebijakan dibuat untuk memberikan kemudahan kaum kapital. Lihatlah UU Cipta Kerja atau UU Omnibus Law, juga UU Minerba.

Kekayaan sumber daya alam (SDA) seharusnya bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi rakyat. Faktanya, sebagian besar pengelolaannya diserahkan pada investor asing yang sekaligus membawa pekerja dari negara asalnya. Jika pun ada pribumi yang dipekerjakan, itupun dengan perlakuan diskriminatif hingga menimbulkan konflik horizontal.

Tanah yang subur ternyata tak bisa menarik minat rakyat untuk menjadi petani. Sebab sektor pertanian juga sudah dikapitalisasi dengan program food estate. Lelahnya menggarap lahan tak mampu tergantikan oleh penghasilan yang tak seberapa. Semakin ke sini semakin sempit lahan pertanian, tergusur oleh massifnya pembangunan perumahan dan perkebunan sawit.

Bagaimana dengan sektor industri? Ternyata satu per satu industri dalam negeri mati, diserbu barang-barang murah dari luar negeri. Semua akibat dari kebijakan Tuan Penguasa yang memberikan pelonggaran impor produk ke dalam negeri. Tsunami PHK tak terelakkan. Rakyat dijadikan tumbal demi memuluskan bisnis para importir.

Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan dan berorientasi materi, hanya melahirkan individu yang split kepribadian dan miskin iman. Ia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi. Dan ketika sulit mendapatkan pekerjaan, perilaku kriminal pun dijabaninya. Ada yang terpaksa karena tuntutan ekonomi. Ada pula yang suka rela karena lebih banyak uang yang dihasilkan dari jalan haram ketimbang bekerja. Tingkat kriminalitas pun bertambah, masyarakat menjadi tidak aman.

Wahai Tuan Penguasa, taukah anda bahwa jabatan penguasa akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak?

Jika Tuan Penguasa hendak selamat dari hisab Allah di akhirat kelak, uruslah rakyat dengan syariat Islam. Hanya dengan syariat Islam maka kesejahteraan rakyat akan terjamin. Sebab dalam sistem Islam, kewajiban negara adalah memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Dan ukuran keberhasilan serta kesejahteraan dalam Islam adalah terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk individu per individu.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button