Indonesia Juara Pengangguran se-Asia Tenggara, Prestasikah Tuan Penguasa?
Jaminan itu termaktub dalam firman Allah SWT: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96).
Beberapa strategi sistem Islam untuk mengatasi pengangguran. Pertama, pembangunan dalam Islam akan memastikan masyarakat mendapatkan seluruh haknya dengan baik. Serta memberikan perlindungan kepada masyarakat yang kesulitan bertahan hidup karena cacat, renta dan di daerah terpencil.
Kedua, sistem keuangan Islam yaitu baitul mal pengelolaannya terpusat. Dan akan memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat dengan langkah-langkah yang diizinkan oleh syariat. Ketiga, sistem ekonomi Islam akan mengembangkan sektor ekonomi riil seperti perdagangan, pertanian, industri dan berbagai sektor strategis lainnya. Menghilangkan sistem ribawi, meniadakan ekonomi non riil dan menghapus pajak.
Keempat, negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan memastikan berbagai hajat hidup publik seperti kesehatan, pendidikan, keamanan, air, listrik, energi, dll, dikelola oleh negara. Termasuk kepemilikan umum seperti hutan, laut, gunung, SDA yang depositnya besar. Dikelola oleh negara untuk digunakan bagi kesejahteraan rakyat individu per individu. Haram bagi negara menyerahkannya kepada swasta apalagi asing.
Kelima, sistem pendidikan Islam akan mencetak individu yang bertakwa, berkepribadian Islam sekaligus menguasai sains dan teknologi. Lahirlah SDM yang berkualitas, memiliki keahlian yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan sekaligus menjadi sandaran negara dalam meningkatkan ketakwaan individu maupun masyarakat. SDM seperti ini akan berkontribusi bagi ketinggian dan kemuliaan masyarakat serta peradaban Islam.
Maka bersegeralah menjalankan syariat Allah wahai Tuan Penguasa. Agar engkau tak masuk dalam doa Rasulullah Saw. “Wahai Allah, barangsiapa yang memimpin suatu urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka maka susahkanlah dia.” (HR Muttafaq ‘alaih). []
Mahrita Julia Hapsari, Aktivis Muslimah Banua.