Indonesia: Persenyawaan yang Menyatukan Tujuan
“Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa”, yang berarti: berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua. Kini kita tuliskan sebagai semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda itu yang menyatu itu.
Kata terpenting dalam kalimat itu adalah “tunggal”. Bahkan ditegaskan dengan kata “ika”, diksi bahasa sansekerta yang dalam bahasa Jawa setara dengan kata iki, iku, ataupun kuwi. Pesan kuncinya adalah menjadi tunggal, menyatu sebagai sebuah persenyawaan.
Karena itu aneh jika kita membaca Indonesia justru dengan hanya menekankan bineka. Mengapa? karena itu sama dengan membahas hasil persenyawaan dengan memfokuskan pada unsur pembentuknya. Apalagi kita sadar bahwa berbagai unsur itu menyatu bukan karena asal-usul tapi bersatu karena kesamaan tujuan.
Kebinekaan tetap bisa dan perlu dirayakan sebagai bentuk syukur kita akan anugerah dari Tuhan. Walau sesungguhnya, jika bicara bineka maka ada banyak sekali bangsa-bangsa lain yang jauh lebih bineka daripada Indonesia. Yang unik dari Indonesa itu bukan binekanya, melainkan persatuannya. Tak banyak bangsa yang punya persenyawaan seperti Indonesia.
Kebinekaan adalah ciptaan Tuhan, karunia Tuhan, sementara persatuan adalah hasil usaha manusia. Salah satu usaha paling awal untuk mensenyawakan semua unsur di Nusantara ini adalah dengan mensepakati sebuah bahasa bersama. Kesepakatan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah membuat semua unsur dengan mudah bersenyawa jadi Indonesia.
Bahasa bersama adalah jembatan menuju persatuan, alat untuk menyatukan jadi unsur baru bernama Indonesia. Inilah bangsa yang berhasil menyepakati satu bahasa bersama dan disepakati sebelum negara terbentuk. Lihat India dengan 2 bahasa resmi dan 22 bahasa lain yang bisa digunakan dalam kegiatan pemerintahan, atau Uni Eropa dengan 24 bahasa resmi.
Adanya satu bahasa persatuan membuat serumit apapun persoalan, bahkan konflik yang dihadapi antar unsur di bangsa ini, tidak perlu penerjemah untuk menjembatani. Semua pakai satu bahasa persatuan. Sebuah terobosan cemerlang.
Tujuan Menjadi Indonesia
Apa yang menjadikan semua unsur-unsur yang ada di bangsa ini memilih untuk menjalani proses persenyawaan ini? Mengapa menyatu menjadi “Tunggal Ika”? Jawabnya sederhana: ada tujuan yang sama, yaitu meraih kemerdekaan yang sejati. Kemerdekaan yang sejati adalah tergulungnya kolonialisme serta hadirnya rasa adil dan makmur.
Semua unsur menginginkan hadirnya rasa keadilan, seperti kesetaraan kesempatan untuk maju, untuk makmur, dan untuk kehidupan yang lebih baik. Itulah tujuan bersatu menjadi Indonesia. Jadi, ketika melihat atau membahas tentang Indonesia maka tujuan inilah yang perlu menjadi fokus.