Indonesia Stands With Uyghur
Sayang sekali, mayoritas muslim di negeri ini tak mampu menolong saudaranya. Sekalipun jumlahnya banyak, namun tidak memiliki kekuatan. Di bawah dominasi pemikiran sekularisme, kaum muslim tanpa taji. Alhasil musuh-musuh Islam mengadu domba dan memburai jalinan persaudaraan umat agar mendapat keuntungan dari negeri-negeri kaum muslim.
Umat pun tak bisa membedakan mana kawan, mana lawan, sebab semakin jauh dari akidahnya. Hubungan bilateral, perjanjian luar negeri, utang, hingga kebijakan-kebijakan ala sekularisme adalah bentuk penjajahan terselubung. Maka sia-sia bertahan pada pemikiran rusak ini. Tidak saja membuat umat dipasung oleh akidah batil, kondisi umat pun akan terus terpuruk dalam jurang kenistaan yang tidak berujung.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah swt berfirman, “Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman: Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.”
“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman: Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.”
“Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab: Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” (HR. Muslim).
Hadits qudsi ini seharusnya menyentuh umat di seluruh belahan dunia. Mengusik relung kalbu agar menolong saudara sesama muslim yang tertindas. Bukan hanya membantu makan dan minum, tapi memberikan kemerdekaan yang hakiki. Hanya umat sendiri yang mampu melepaskan penderitaan saudaranya, bukan yang lain.
Maka diperlukan kepemimpinan umat yang tegak atas dasar akidah. Untuk menyatukan dan merekatkan dengan ikatan akidah. Persatuan inilah yang akan melahirkan kekuatan yang maha dahsyat. Ummatan waahidatan atau umat yang satu tanpa sekat nasionalisme memecah ukhuwah, sangat ditakuti musuh-musuh Islam.
Tidak ada HAM bagi umat Islam, tidak juga bantuan dari PBB. Hanya dengan penerapan syariat melalui tegaknya Khilafah, yang akan menyelesaikan seluruh persoalan umat dan mengembalikan pada jati dirinya sebagai ‘khoiru ummah’. Allahumanshurnaa bil Islaam.
Lulu Nugroho
Muslimah Revowriter Cirebon