Ini Perjuangan Para Kartini Muhammadiyah Lawan COVID-19
Pasien tersebut kemudian diarahkan dan dikirim ke ruang isolasi IGD. Situasi IGD yang semula sibuk melakukan dan menatalaksana pasien gawat darurat seketika sempat heboh dan panik.
“Sejak saat itu kami sadar bahwa virus Corona sudah ada di sekitar kami sehingga APD kami mulai dilengkapi, triase mulai diperketat, jam praktik para dokter dikurangi, akses masuk dan keluar hanya satu pintu, pos screening dipindah mendekati gerbang, serta mulai dilakukan renovasi ruangan untuk menambah kapasitas dalam menangangi kasus Covid 19,” ujarnya.
Dokter Iin melanjutkan sejak pernyataan manajemen RSI Jakarta Pondok Kopi tentang pemberlakuan Pandemi, sejak saat itu pula dia dan semua rekan sesama nakes mulai banyak menghadap, memahami karakter orang-orang di sekitarnya yang muncul disaat situasi sulit ini.
“Contohnya kami menghadapi beberapa pasien paranoid, emosional, merasa diri paling gawat sehingga membuat pernafasan sesak sampai pingsan,” imbuhnya.
Iin mengakui kecemasan juga melanda para tenaga medis sehingga ada yang mempengaruhi sikap-sikap mereka dalam bekerja.
“Tapi ibarat musuh sudah di depan mata, tak ada waktu lagi untuk mengelak selain harus terus maju melayani. Kami pun menyerahkan permasalahan mental ini ke tingkat manajemen agar mendapat perhatian husus,” tegasnya.
Hingga kini di Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) yang terlibat aktif dalam merawat pasien Covid-19 tercatat 576 dokter, 2.496 perawat dan 1.815 petugas pelaksana administrasi wanita yang menjalankan pelayanan kepada para pasien.