Inilah Makna Bulan Ramadhan

Kuningan (SI Online) – Masjid Baiturrahman Garatengah dipenuhi oleh ratusan jamaah dalam acara Tarhib Ramadhan yang diselenggarakan oleh Pesantren Darul Huffadz bekerja sama dengan Pemerintah Desa Garatengah.
Acara yang bertujuan menyambut bulan suci ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta dari kalangan santri dan masyarakat setempat. Hadir pula Pimpinan Pondok Pesantren Garatengah, Ustadz Zahudi, serta Kepala Desa Garatengah, Ibu Ecih.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Garatengah, Ibu Ecih, mengingatkan jamaah agar menyambut Ramadhan dengan penuh rasa syukur. Ia juga berpesan agar masyarakat lebih mengutamakan ibadah dibandingkan konsumsi berlebihan selama bulan puasa.
“Jangan sampai Ramadhan justru menjadi ajang konsumsi yang berlebihan. Hematlah dalam belanja, tetapi maksimalkan dalam ibadah. Jangan terbalik, hemat ibadah tapi boros belanja,” ujarnya.
Baca juga: Urgensi Pembinaan Anak Menjadi Kader Dakwah
KH. Imam Nur Suharno yang menjadi penceramah dalam acara ini, mengajak jamaah untuk memahami makna mendalam dari bulan Ramadhan dengan menelaah arti dari setiap huruf dalam kata Ramadhan, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab Al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haq Azza wa Jalla.
Ia menjelaskan, huruf pertama dalam Ramadhan, yaitu ra, bermakna ridhwanullah atau keridhaan Allah. Bulan ini adalah kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak amal saleh demi menggapai ridha-Nya. Allah berfirman dalam QS Al-Kahfi [18]: 110, yang menegaskan bahwa mereka yang ingin bertemu dengan-Nya harus memperbanyak amal saleh dan menjauhi kemaksiatan.
Huruf kedua, mim, melambangkan mahabatullah an al-ashah, yaitu kecenderungan seorang hamba untuk lebih mendekat kepada Allah dan menjauh dari maksiat. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perbuatan dosa yang dapat mengotori hati.
Huruf ketiga, dha, memiliki makna dhamanullah, yaitu jaminan dari Allah bagi orang-orang yang berpuasa. Rasulullah Saw bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Allah sendiri yang akan membalas pahala puasa, berbeda dengan amalan lain yang pahalanya dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat. “Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, yakni kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Rabb-nya,” jelas KH. Imam.
Huruf keempat, alif, bermakna ulfatullah, yaitu kasih sayang Allah yang melimpah kepada mereka yang berpuasa. Di bulan ini, ibadah dilipatgandakan pahalanya, dan Allah memberikan bonus istimewa berupa lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Huruf terakhir, nun, berarti nurullah, cahaya Allah yang menyinari hati mereka yang menjaga diri dari maksiat. KH. Imam yang merupakan Kepala Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah Kuningan sekaligus Pembina Korps Mubaligh HK mengingatkan bahwa kemaksiatan bisa menutupi hati seseorang, menjadikannya gelap dan keras. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadis riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, hati yang terus-menerus tertutup oleh dosa akan semakin gelap kecuali jika pemiliknya bertaubat dan kembali kepada Allah.
Kiai Imam juga menyampaikan, puasa bukan hanya tentang menahan diri, tetapi juga melatih kesabaran, meningkatkan rasa empati terhadap mereka yang kekurangan, serta menjadi momentum untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur’an.
“Puasa adalah ibadah yang langsung Allah nilai. Kita yang berpuasa harus bersungguh-sungguh menjalaninya, bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga hati, pikiran, dan tindakan dari hal-hal yang sia-sia,” tambahnya.
Sebagai penutup, Kiai Imam mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan Ramadhan sebagai sarana memperbaiki diri, meninggalkan dosa-dosa yang lalu, serta mempersiapkan diri dengan amalan terbaik. Ia menegaskan bahwa Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi kesempatan untuk meraih keberkahan dan ampunan Allah. []