RIHLAH

Inilah Sejumlah Fakta Menarik tentang Pulau Buru di Maluku

Jakarta (SI Online) – Pulau Buru merupakan salah satu pulau besar di Kepulauan Maluku. Luasnya 8.473,2 kmĀ², dan panjang garis pantainya 427,2 km. Pulau ini disebut penuh misteri sejarah karena menjadi lokasi pengasingan para tahanan politik tokoh-tokoh kiri di era Presiden Soeharto.

Pulau Buru saat ini dibagi menjadi dua kabupaten. Kabupaten Buru dan Buru Selatan. Penduduk asli kawasan ini adalah Suku Rana. Selain etnis asli, pulau ini juga dihuni sejumlah etnis pendatang, seperti Ambon, Maluku Tenggara, Ambalau, Kepulauan Sula, Buton, Bugis, dan Jawa.

ADS: Ingin tahu organisasi profesi dalam bidang farmasi di Pulau Buru, Maluku? Anda bisa mengunjungi pafipcburu.org. PAFI turut mengembangkan profesi kefarmasian di daerah, menyediakan pelatihan, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya obat-obatan yang aman.

Wilayah Buru sendiri terdiri dari daratan seluas 5.577,48 kilometer persegi dan lautan seluas 1.972,50 kilometer persegi.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sejumlah fakta menarik tentang Pulau Buru:

  1. Kedatangan China

Pada awal abad ke-7 M, pelaut China dari zaman Dinasti Tang mengunjungi daerah Maluku, termasuk Buru, Mereka datang untuk mencari rempah-rempah. Kedatangan bangsa China sengaja dirahasiakan untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain.

Sebelum kedatangan Belanda, wilayah Buru masih di bawah pengaruh Kesultanan Islam Ternate. Pada saat itu, Kesultanan Ternate tidak hanya menduduki wilayah Buru saja, tetapi beberapa wilayah lainnya seperti Pulau Seram, Kelang, Buano, dan Manipa.

Adanya pengaruh Kesultanan Ternate terlihat dengan adanya perwakilan Sultan Ternate yang ditempatkan pada pulau-pulau tersebut dan diberi gelar sangadji atau TGimelaha (Kimelaha). Sejak VOC menjajah Indonesia, hasil bumi Buru dimonopoli oleh VOC, terutama cengkeh.

  1. Benteng VOC

Peninggalan sejarah dari Kabupaten Buru salah satunya Bentengg VOC yang berada di Negeri Kayeli, Kecamatan Waeapo. Benteng ini dibangun oleh Belanda pada 1785 sekaligus menandai masa kejayaan Kayeli sebagai pusat pemerintahan Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Bernadus Van Pleuren.

Menurut sejarah, benteng ini sebenarnya dibangun oleh bangsa Portugis yang kemudian direbut oleh Belanda dan dibangun ulang pada 1785. Bangunan berbentuk segi empat ini berbahan batu bata pada dinding bagian luar, sedangkan isi tembok berbahan batu kali dengan campuran perekat dari pasir pantai dan kapur.

Tinggi Benteng VOC ini sebenarnya kurang lebih 4,5 meter. Tetapi karena sering terendam banjir setiap tahun, ketinggian benteng ini kini menyusut kurang dari dua meter.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button