Innalillahi, Mantan Ketum Persis KH Aceng Zakaria Wafat
Jakarta (SI Online) – Innalillahi wa Innailaihi rajiun. Umat Islam, khususnya Keluarga Besar Persatuan Islam (Persis) hari ini berduka.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persis Periode 2015-2022 KH Aceng Zakaria (74 tahun) dikabarkan meninggal dunia. Kiai Aceng meninggal di RS Intan Husada, Garut, Senin malam pukul 21.45 WIB, 21 November 2022.
Sebelumnya, kabar sakitnya Kiai Aceng dikabarkan oleh Sekretaris Umum Persis Haris Muslim pada Senin sekitar pukul 14.20 WIB.
Haris mengabarkan, Ketua Majelis Penasihat Persis itu sedang dirawat di RS Intan Husada, Garut, dan tidak diperkenankan untuk dijenguk.
K.H. Aceng Zakaria lahir di Garut pada 11 Oktober 1948. Ayahnya, Kyai Ahmad Kurhi, seorang ulama dari garis keturunan ulama terkenal di Garut, KH A. Shidiq, yang dikenal dengan sebutan Mama Sukarasa.
Sebagai seorang ulama, Kiai Aceng dikenal sebagai penulis buku pelajaran tata bahasa bahasa Arab yang populer berjudul “Al-Muyassar Fi ‘Ilm Al-Nahwi.”
Selain itu, alumni Tsanawiyyah dan Mu’allimin di Pesantren Persis Pajagalan pada 1969 itu juga menulis sejumlah kitab dalam berbagai bidang ilmu, seperti akidah, fikih, bahasa, tafsir dan hadits. Sebagian besar kitabnya ditulis dalam bahasa Arab.
Di antara kitab-kitabnya yang ditulis dalam bahasa Arab antara lain: Ilmu tauhid jilid I, II dan III (Bidang Akidah), Hidayah Fi Masail Fiqhiyyah Mutaa’ridhah, Hadyu Rosul, Tarbiyah An-Nisa (Bidang Fiqih), Al-Muyasar fi Ilmu Nahwi Jilid I, II dan III, Al-Kafi (buku Tashrif) Jilid I, II dan III, Kamus Tiga Bahasa (Indonesia – Arab – Inggris), Ilmu Mantiq, Jadul Myaalaim, dan Adiyyah (Bidang Bahasa).
Kemudian Ilmu Tajwid, Al-Bayan fi Ulumul Qu`ran (Bidang Ilmu Tafsir), Ilmu Musthalah Hadits dan Kitabul Adab, Jilid I dan II (Bidang Ilmu Hadits).
Cendekiawan Muslim sekaligus Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini, dalam salah satu artikelnya pada 06/04/2021 lalu menyebut Kiai Aceng sebagai seorang ulama “produk pendidikan lokal kualitas internasional.” Betapa tidak, dalam usinya 73 tahun (saat itu), 103 judul buku telah ditulis Kiai Aceng.
Adian menulis, “Kyai Aceng bukan saja dikenal sebagai aktivis organisasi, tetapi juga seorang ulama, pemimpin pesantren, pejuang dan sekaligus penulis produktif.”
“Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal di Timur Tengah, Kiai Aceng memiliki penguasaan bahasa Arab yang mumpuni. Dari 103 judul bukunya, 33 judul ditulis dalam bahasa Arab. Beberapa di antara bukunya termasuk kategori best seller, seperti: al-Hidayah fi Masaaili Fiqhiyyah al-Muta’aridhah, al-Muyassar fi Ilmi al-Nahwi, dan al-Kaafi fi Ilmi al-Sharfi.”
red: farah abdillah