Ironi, di Tengah Wacana Pindah Ibu Kota Malah Ada Bencana Asap
Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, sungguh ironi terjadi bencana asap di berbagai wilayah di tengah pemerintah mewacanakan pindah ibu kota ke Kalimantan. Ia mempertanyakan, bagaimana nanti jadinya jika bandara harus tutup dan kantor-kantor pemerintah diliburkan bila terjadi bencana asap di ibu kota yang baru kelak.
“Pertanyaan berikutnya, bagaimana publik mempercayai Pemerintah sanggup memindahkan ibu kota, jika mengatasi bencana asap saja tak mampu?,” kata Fadli dalam pernyataan tertulisnya, Selasa 17 September 2019.
Fadli menambahkan, pertanyaan yang dia lontarkan merupakan pertanyaan standar dan sederhana yang hinggap di kepala semua orang saat membaca kembali meluas dan meningkatnya bencana asap yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera tahun ini.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, bencana asap yang terjadi tahun ini memang sangat bertolakbelakang dengan klaim yang pernah diutarakan Jokowi saat acara debat calon presiden tanggal 17 Februari 2019 silam.
Sebagai petahana, Jokowi waktu itu mengklaim tak ada lagi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam kurun tiga tahun terakhir masa pemerintahannya. Padahal, merujuk data-data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ataupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang pemerintahannya selalu terjadi karhutla dengan luasan bersifat fluktuatif.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengungkap data, pada 2015, areal kebakaran hutan mencapai 2,6 juta hektare. Itu adalah bencana karhutla terburuk sesudah bencana tahun 1997/1998, yang luas areal kebakarannya mencapai 10 hingga 11 juta hektare. Pada 2016, luas areal yang terbakar turun menjadi 438.363 hektare. Tahun berikutnya, 2017, luas areal kembali turun menjadi 165.528 hektare. Tapi, pada 2018, luar areal kembali melonjak menjadi 510 ribu hektare.
“Tahun ini luas areal diperkirakan akan kembali bertambah. Menurut data BNPB, luas karhutla pada periode Januari hingga Agustus 2019 saja sudah mencapai 328.724 hektare,” kata Fadli.
Rinciannya, Provinsi Riau tercatat sebagai wilayah terluas yang dilanda karhutla, yakni mencapai 49.266 hektare. Daerah terluas berikutnya adalah Kalimantan Tengah, dengan luas karhutla mencapai 44.769 hektare. Selanjutnya adalah Kalimantan Barat seluas 25.900 hektare, Kalimantan Selatan seluas 19.490 hektare, dan Sumatera Selatan seluas 11.826 hektare.
Dalam kaitannya dengan politik luar negeri, Fadli mengingatkan bencana asap ini sejak lama telah menjadi isu diplomatik penting. Sehingga, Pemerintah seharusnya menindak tegas korporasi yang terlibat kejahatan karhutla, termasuk jika pelakunya adalah perusahaan asing.
Sebagai informasi, dua kabupaten yang digadang-gadang sebagai lokasi pemindahan ibu kota negara saat ini juga terdampak api, yakni Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara.
red: shodiq ramadhan