NUIM HIDAYAT

Islam Memuliakan Wanita

Bila kita mempelajari sejarah, maka Islam lah yang pertama kali mengangkat derajat wanita. Wanita di abad pertengahan di Eropa dikatakan sebagai setengah manusia.

Di China, ribuan wanita kadang dijadikan selir untuk para raja. Di dunia Arab, sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, banyak orang tua yang malu punya anak wanita, sehingga ada di antara mereka yang dikuburkan ‘hidup-hidup’.

Di zaman modern ini banyak wanita kembali seperti ‘budak’. Mereka yang parasnya cantik dipilih untuk menjadi ‘Sales Promotion Girl’, diadakan lomba-lomba fisik keindahan wanita, seperti: Miss Universe, Miss World, dan Miss Miss yang lain.

Di sisi lain gerakan emansipasi juga menjadi ekstrem. Banyak wanita yang tidak mau nikah, karena menganggap nikah hanya bentuk pengekangan terhadap wanita. Mereka ingin bebas seperti laki-laki: tidak hamil, tidak mengurus anak dan lain-lain.

Gerakan emansipasi yang merupakan gerakan kemarahan ini akhirnya terperosok melupakan kodrat wanita. Melupakan fitrah wanita. Melupakan bahwa tubuh wanita berbeda dengan pria.

Wanita dikaruniai Allah, Rahim. Rahim artinya kasih sayang. Pemberian Rahim ini seperti Allah ingin mengatakan kepada wanita agar mengembangkan kasih sayangnya. Kasih sayang kepada anak, kasih sayang kepada suami, kasih sayang kepada tetangga dan kasih sayang kepada masyarakatnya. Maka dalam pepatah Arab dikatakan ‘Al Ummu madrasatul ula’, ibu adalah pendidikan pertama seorang anak.

Ya ibulah yang melahirkan. Ibulah yang menyusui. Ibulah yang pertama bertanggungjawab terhadap Pendidikan anak. Ini bukan berarti peran ayah ditinggalkan dalam pendidikan anak.

Dalam Pendidikan keluarga, seorang ayah dan ibu harus bersama-sama untuk mendidik anak. Karena ayah mungkin banyak di luar, ibu yang di rumah lebih banyak waktunya di rumah untuk dapat berinteraksi dengan anak. Bila terjadi penyelewengan atau kenakalan anak, jangan saling menyalahkan antara ibu dan ayah. Keduanya harus berunding bersama-sama bagaimana menyelesaikannya.

Kehidupan modern yang meninggalkan nilai-nilai agama (Islam), inilah yang membahayakan. Beberapa artis di tanah air misalnya kita lihat mereka ‘kumpul kebo’ dengan pacar atau laki-laki (perempuan) yang dicintainya. Mereka merasa tidak berdosa berciuman atau ‘berbuat zina’.

Sikap para artis yang bisa kita sebut sebagai “juru dakwah modern” ini tentu membahayakan masyarakat, khususnya generasi muda. Mereka bisa tergoda atau meniru sikap para artis yang bebas berhubungan seks tanpa pernikahan. Dan beberapa artis yang ‘permisif’ itu, karena telah menikmati seks bebas, akhirnya enggan untuk menikah.

Kampanye global penghalalan zina ini sangat berbahaya, baik bagi individu yang melakukannya maupun bagi masyarakat. Sistem masyarakat yang berbasiskan keluarga menjadi rusak, wanita menjadi liar (kesenangannya hanya pamer fisik semata), egois dan ‘berbagai penyakit kelamin bisa datang’. Seperti Aids, gonorrhea dan lain-lain.

Bila masyarakat Barat, menganggap zina adalah hal yang biasa saja, beda dengan Islam. Islam menganggap zina adalah perbuatan keji dan kriminal. Zina sekali lagi berbahaya bagi akhlak pelaku dan masyarakat.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button