Jadilah Muslim yang Cerdas
Jadi kuncinya orang itu disebut orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya.
Jadi, walau ada seorang sarjana atau bahkan profesor, tapi kalau dia ‘terbius’ dengan dunia atau terlalu cinta dunia sehingga lalai untuk berzikir kepada Allah, sering meninggalkan shalat, jarang baca Al-Qur’an atau bahkan berbuat korupsi, bermain judi dan bermesraan dengan pembantai umat Islan dan pelanggaran syariat lainnya, maka dia bukanlah orang yang cerdas.
Betapa banyak orang-orang yang bergelar sarjana tapi tak cerdas. Dia salah dalam memprioritaskan kehidupan. Orientasi hidupnya hanya duniawi yang ‘fana’ ini,hanya memperturutkan hawa nafsunya, sehingga mereka lalai akan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Terkait hal itu juga, Sahabat Abu Bakar r.a. pernah berujar: “Sungguh kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat.” (Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra VI/353).
Mengapa demikian? Sebab, takwa akan meringankan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam surga-Nya. Sebaliknya, dosa dan maksiat akan menyulitkan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkannya kedalam azab neraka.
Alhasil, orang cerdas bukanlah orang yang ber-IQ tinggi atau mempunyai catatan prestasi akademik di bangku kuliah dengan nilai IPK yang mumpuni atau memiliki gelar akademik S-2, S-3 atau bahkan profesor dari perguruan tinggi bergengsi di dalam atau di luar negeri.
Orang yang cerdas adalah seorang yang selalu bertakwa kepada Allah SWT, orang yang hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan ragam dosa dan maksiat.
Dunia itu Sendau Gurau
Saudaraku! Kita harus sadar bahwa kehidupan dunia itu hanyalah sendau-gurau, hanya sementara, tidak kekal. Yang kekal itu nanti di akhirat.
Firman Allâh Azza wa Jalla dalam Al-Qur’an:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan sendau gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya? (QS. Al-An’âm [6]: 32)
Juga firman-Nya:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allâh itu lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak mau memahaminya?” (QS. Al-Qashas [28]: 60)