OPINI

Jakarta: Rumah untuk Semua!

Community Action Plan adalah ikhtiar bersama mewujudkan pendekatan kolaboratif dan memanusiakan warga dalam pembangunan kampung kota.

Kampung lain seperti Kampung Tanah Merah yang sebelumnya terisolir kini mendapat akses melalui pembangunan infrastruktur seperti jembatan, transportasi umum, dan penyediaan air bersih.

Bahkan rumah yang sudah berdiri puluhan tahun tapi tak ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan) karena status legal atas tanah belum tuntas kini diberi solusi yaitu IMB kolektif. Satu buah IMB untuk semua bangunan dalam satu Rukun Tetangga (RT). Bukan IMB per rumah tapi per komunitas. Sebuah terobosan yang baru pertama kali dilakukan di Republik ini.

Dengan adanya IMB kolektif itu, mereka kini bisa terima aliran listrik, aliran air dan pelayanan dasar lainnya. Status tanah yang belum tuntas tak perlu membuat warga kehilangan hak dasarnya seperti air dan listrik.

Solusi semacam itu muncul setelah diskusi panjang dengan warga dan semua pemegang kepentingan. Sebagai pengemban amanah, kita berikhtiar terus mewadahi dan memberi ruang aspirasi untuk bersama mencari solusi. Pendekatan birokratis yang cenderung otoritatif dan menutup alternatif solusi dalam memecahkan beragam masalah warga tak lagi kita gunakan.

Terbaru: Pembangunan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung untuk warga Bukit Duri. Pendekatan komunitas bersama warga lokal dan arsitek pendamping berupaya menghadirkan kampung susun yang beranjak dari kebutuhan dan aktivitas warga.

Keliru jika memandang kampung kota seperti Kampung Akuarium, Tanah Merah, Bukit Duri, dan banyak kampung kota lainnya hanya sebagai kumpulan rumah. Kampung-kampung kota adalah cermin paling nyata dari persatuan. Kampungnya satu, isinya seribu satu unsur manusia. Itulah kampung kita.

Pembangunan kampung kota pun jangan dimaknai semata sebagai pembangunan deretan bangunan mati, tapi dipandang sebagai satu kesatuan bangunan sosial yang hidup. Itulah kampung. Itulah alas budaya kebersamaan bangsa kita. Kampung-kampung kota tersebut berupaya kita ayomi, alih-alih dihakimi. Hilangkan masalahnya bukan meniadakan kampungnya.

Pendekatannya pun berbeda untuk masing-masing daerah, tak pakai satu solusi untuk semua. Tiap daerah punya karakter dan masalah hidup yang berbeda-beda. Keunikan itu harus diberdayakan, bukan malah disingkirkan dan distandarkan.

Alih-alih merasa paling tahu dan otoritatif, Pemprov DKI berupaya menghadirkan ruang kolaborasi antar-komunitas. Warga, fasilitator, pakar, dan pemerintah bekerja sama (ko-kreasi) menemukan solusi bersama untuk setiap kampung kota.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button