Jangan Berduka atas Kematian Jurnalis Palestina!
Jangan sekadar menyampaikan belasungkawa. Bertindaklah, hentikan Israel, dan adili para pembunuh jurnalis.

Paman saya, Hamed, ayah mertua Amna, berkata ia tidak akan pernah mengizinkan enam anaknya menekuni karier yang berhubungan dengan jurnalisme. “Tidak ada akting, tidak ada jurnalisme. Saya tak akan membiarkan mereka muncul di hadapan media.”
“Dulu saya mendorong siapa pun untuk masuk dunia jurnalisme. Saya bilang itu adalah medan kebenaran. Setelah Amna, saya membenci segala yang berhubungan dengan bidang itu,” tambahnya.
Bahkan suami Amna, Saed Hassouna, yang juga jurnalis dan dulu kerap menasihati anak muda untuk terjun ke bidang ini, secara bertahap mengurangi pekerjaannya setelah Amna dibunuh.
Keheningan dan penarikan diri itu meninggalkan keluarga jurnalis hanya dengan trauma yang tak kunjung sembuh. Dalam kasus Amna, setahun setelah kematiannya, anaknya Mohammed (10 tahun), yang menyaksikan sendiri ibu dan kakaknya meninggal di depan matanya dan melaporkannya kepada jurnalis Ismail al-Ghoul saat keluarganya tertimbun reruntuhan, masih menderita serangan trauma. Setiap kali ia sedih, ia berteriak agar diizinkan pergi ke orang Israel yang membunuh ibunya, supaya mereka membunuhnya juga.
Putri kecil Amna, Ghina (5 tahun), masih menunggu ibunya kembali, dan sering menangis, “Ke mana kalian bawa ibuku?”
Hampir 23 bulan sejak perang brutal ini berlangsung, dunia masih sebatas memberikan belasungkawa atas kematian warga Palestina. Dunia melakukan segala cara untuk menghindari rasa tanggung jawab sekecil apa pun atas apa yang terjadi di Gaza.
Hingga kini, 244 jurnalis Palestina telah dibunuh di Gaza. Semuanya diperlakukan sama—bahkan yang kasusnya didokumentasikan secara rinci pun belum pernah diproses sebagai kejahatan perang. Kasus Shireen Abu Akleh, yang dibunuh pada 2022 di Jenin oleh penembak jitu Israel, menjadi pertanda dari apa yang terjadi kemudian. Bahkan kewarganegaraan Amerikanya dan investigasi media AS pun gagal memberinya keadilan.
Jika berduka atas jurnalis Palestina membuat Anda merasa sedikit kurang bersalah, jika itu membuat Anda seolah telah memenuhi kewajiban terhadap mereka, maka jangan berduka untuk mereka. Kami tidak butuh lebih banyak ratapan; yang kami butuhkan adalah keadilan. Itu hal paling sedikit yang bisa dunia lakukan untuk anak-anak yatim Mariam, Amna, Anas, dan 244 jurnalis Gaza lainnya yang telah dibunuh. []
Sumber: ALJAZEERA