Jangan Sampai Indonesia Jadi Uighur Kedua
PENGANTAR: Redaksi Suara Islam Online menerima pesan tentang Uighur dan nasib umat Islam Indonesia dari pengasuh Ribath Darusshohihain, Sarang, Rembang, KH Muhammad Najih Maimoen melalui grup jurnalis muslim di aplikasi WhatsApp, Kamis (26/12/2019). Pesan Gus Najih, belum ada judulnya. Sehingga kami memberi judul sendiri dan memperbaiki beberapa pengetikan kata yang kurang. Berikut tulisan Gus Najih selengkapnya:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kami mengapresiasi dan mendukung aksi bela Uighur sebagai bentuk simpati dan dukungan kepada sesama muslim yang terzalimi. Namun semua bentuk aksi dan rasa simpati tersebut jangan sampai membuat terlena lantas melupakan semua permasalahan yang menimpa bangsa kita sendiri, mulai dari perusakan akidah, budaya sampai penjajahan ekonomi.
Kita sama-sama prihatin, semakin maraknya oknum-oknum NU yang ikut membanggakan perayaan natal, mengucapkan selamat natal, ada santri ceramah di Gereja (Cilacap), santri bermain hadroh di Gereja (Semarang), wanita muslimat ikut bernyanyi di Gereja (Kediri) dan ada penari sufi ikut menari di Gereja (Malang). Kalau ini dibiarkan, maka akan dianggap sebuah kebenaran. Kita jangan bosan-bosan untuk lantang menyuarakan penolakan dan mengutuk kegiatan-kegiatan tersebut.
Jangan sampai semua tenaga dan pikiran kita terkuras habis untuk tragedi Uighur, sementara negara kita sendiri semakin terjajah dan dikuasai oleh China. Jangan sampai perhatian kita kepada kasus Uighur membuat kita hanyut dan terlena, sementara rezim diam-diam dan sangat rapi dan pasti terus membuka pintu lebar-lebar untuk invasi ekonomi dan bisnis RRC (China) ke Indonesia dan impor tenaga asing secara besar-besaran.
Para investor dan tenaga asing tersebut akan langsung menguasai dan memegang ribuan posisi strategis yang sudah disediakan oleh rezim dan didukung para konglomerat hitam yang menjadi oligarki penguasa, mulai dari jabatan tertinggi, tengah sampai jabatan paling bawah, menjadi direktur utama, manajer senior, manajer rendah hingga pengaspal jalan, tukang pasang pipa, ahli beton sampai tukang sapu. Semua akan dikuasai China, sekalipun itu pekerjaan paling rendah. Selanjutnya mereka akan terus menarik dan mengajak semua orang China masuk ke Indonesia untuk menduduki posisi dan jabatan tersebut. Dari sinilah, rencana pemindahan ibu kota, proyek infrastruktur akan berjalan mulus, karena akan disokong gelontoran dana dari China. Kalau kita diam dan terlena, Indonesia akan menjadi Uighur yang kedua.
Mari kita terus mengajak umat Islam untuk selalu menyuarakan penolakan terhadap rencana pemindahan ibu kota, proyek infrastruktur secara jor-joran, program-program yang mempersempit langkah dan dakwah umat Islam. Semua aksi bela Uighur harus selalu dibarengi dengan penolakan semua proyek pemerintah di atas, mulai dari liberalisasi akidah, budaya dan ekonomi. Karena proyek-proyek tersebut hanya akan mengekang bangsa Indonesia untuk menjadi abdi dan budak Komunis-China.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sarang, 29 Rabi’ul Akhir 1441 H
KH. Muh. Najih Maimoen