Jerman akan Hentikan Ekspor Militer ke Israel

Jakarta (SI Online) – Jerman telah menangguhkan semua ekspor militer ke Israel yang berpotensi digunakan di Gaza setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk mengambil alih Kota Gaza, sebuah eskalasi dalam perang yang telah berlangsung 22 bulan.
Kanselir Friedrich Merz mengumumkan keputusan tersebut pada hari Jumat, tak lama setelah kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa kabinet keamanan telah memilih mendukung rencana merebut kota terbesar di wilayah Palestina yang terkepung itu.
Sehari sebelumnya, Netanyahu menyatakan bahwa pasukan Israel menargetkan kendali militer penuh atas seluruh Jalur Gaza meski menghadapi kecaman internasional yang meningkat atas perang Israel, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan memicu krisis kelaparan.
“Dalam situasi ini, pemerintah Jerman tidak akan mengizinkan ekspor peralatan militer apa pun yang bisa digunakan di Jalur Gaza hingga pemberitahuan lebih lanjut,” kata Merz.
Sambil tetap mendukung apa yang ia sebut sebagai “hak Israel untuk membela diri” dan pembebasan tawanan yang ditahan Hamas, Merz menekankan bahwa Jerman tidak bisa lagi mengabaikan memburuknya dampak pada warga sipil.
“Tindakan militer Israel di Jalur Gaza yang semakin keras, sebagaimana disetujui kabinet Israel semalam, membuat pemerintah Jerman semakin sulit melihat bagaimana tujuan-tujuan itu akan tercapai,” ujarnya.
Netanyahu berbicara dengan Merz pada hari Jumat dan menyampaikan kekecewaannya atas keputusan penghentian ekspor senjata tersebut, menurut pernyataan pemerintah Israel yang dirilis malam hari. Pernyataan itu menambahkan bahwa Israel merasa Jerman justru memberi hadiah kepada Hamas dan gagal mendukung “perang yang adil” Israel.
Waktu pelaksanaan operasi darat besar-besaran Israel berikutnya masih belum jelas karena kemungkinan bergantung pada pengerahan ribuan tentara dan pengusiran warga sipil, yang hampir pasti akan memperburuk bencana kemanusiaan.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 201 orang, termasuk 98 anak-anak, telah meninggal akibat kekurangan gizi selama perang di Gaza, karena Israel terus memberlakukan pembatasan ketat terhadap pasokan bantuan kemanusiaan. Penilaian yang didukung PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan tengah terjadi di wilayah itu.
Merz mendesak Israel untuk mengizinkan akses penuh dan berkelanjutan bagi kelompok kemanusiaan, termasuk PBB dan LSM, guna membantu warga sipil.
“Dengan rencana ofensif ini, pemerintah Israel memikul tanggung jawab yang bahkan lebih besar dari sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan mereka,” tambahnya.
Ia juga memperingatkan Israel agar tidak mengambil langkah menuju aneksasi Tepi Barat.
Pada Juli lalu, parlemen Israel menyetujui langkah simbolis yang menyerukan aneksasi Tepi Barat.
Dari Oktober 2023 hingga Mei tahun ini, Jerman telah mengeluarkan izin ekspor senjata ke Israel senilai 485 juta euro (564 juta dolar AS), menjadikannya salah satu pemasok militer utama Israel, menurut data parlemen Jerman.
Kantor Netanyahu mengatakan bahwa tentara Israel “akan bersiap mengambil alih Kota Gaza sambil memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran.” []
Nuim Hidayat
Sumber: Al Jazeera