Jin pun Beriman kepada Rasulullah Saw
Berimannya Jin Nashibin merupakan hiburan yang mampu meringankan dan menghilangkan rasa sakit yang diderita Rasulullah akibat perlakuan warga Bani Tsaqif.
Setelah upaya pencarian nushrah (pertolongan) kepada para pembesar Thaif gagal, akhirnya Rasulullah memutuskan kembali ke Makkah. Walau dengan penuh kesedihan. Ketika beliau telah sampai di lembah kurma, di tengah malam beliau mendirikan shalat. Saat itulah, tujuh rombongan jin dari komunitas Nashibin melintasi Rasulullah Saw. Merekapun mendengarkan apa yang beliau baca. Setelah beliau selesai shalat, para rombongan jin kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan. Mereka benar-benar telah beriman dan merespon dengan baik apa yang telah mereka dengar.
Kisah ini telah difirmankan Allah Swt di dua tempat dalam Al-Qur’an. Satu tempat dalam surat Al Ahqaf ayat 29-31:
“dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum Kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.”
Satu lagi dalam Surat Al Jin: “Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami,……” (QS. Al Jin ayat 1-2).
Begitu seterusnya hingga ayat 15.
Sungguh berimannya jin kepada Rasulullah Saw setelah beliau mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari orang-orang Bani Tsaqif merupakan hiburan yang mampu meringankan bahkan menghilangkan rasa sakit yang sedang beliau rasakan. Berimannya jin ini juga menjadi penegasan baru bagi Rasulullah bahwa Allah sekali-kali tidak akan mengabaikannya, bahkan Allah senantiasa menyertainya.
Allah SWT mengubah kesedihan yang dihadapi menjadi cahaya yang meneranginya dan mengubah perasaan sakit menjadi hiburan. Hal ini juga menegaskan bahwa bila penduduk bumi mengabaikan bahkan menganiaya Rasulullah, maka di dunia lain, yakni dunia jin dan malaikat ada yang akan membantu, menolong dan menyerukan dakwahnya. Berimannya jin ini juga merupakan cita-cita baru bagi Rasulullah dalam mengubah masyarakat dari kesombongan dan ketololan orang-orang kafir menjadi beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana berubahnya jin, yang pada asalnya adalah makhluk Allah yang paling jahat diantara keturunan iblis laknatullah, menjadi kaum yang beriman. Bahkan mereka menjadi para juru dakwah bagi dinul Islam.
Dengan pertolongan dan adanya kabar gembira dari Allah Swt itu, riak-riak awan kesedihan dan keputusasaan menjadi tersibak, yang semenjak pergi ke Thaif wajah beliau selalu muram, bahkan setelah kembali pun beliau masih tampak muram. Dengan kondisi seperti ini beliau menyusun langkah baru untuk menyebarkan Islam dan menyampaikan risalah Allah dengan semangat baru dan optimisme baru pula.
Setelah itu Rasulullah mencari cara untuk masuk ke kota Makkah. Bagaimanapun juga intelijen kaum Qurays telah tersebar dan mengetahui kegagalan upaya Rasulullah di Thaif. Beliau meminta bantuan Akhnas bin Syuraiq dan Suhail bin Amr untuk melindunginya ketika masuk Makkah, tapi keduanya tidak bersedia membantu.
Rasulullah akhirnya mendapatkan jaminan perlindungan dari Muth’im bin Adi. Dengan pengawalan Muth’im bin Adi dan kaumnya beliau berhasil masuk kembali ke kota Makkah dengan aman. Tak ada seorangpun yang berani mengganggu beliau. Walhamdulillahi Rabbil Alamin.
(Shodiq Ramadhan)