Jokowi dan PDIP: Asal Bukan Anies
Aksi politik aktivis PDIP Budiman Sujatmiko dan Efendi Simbolon bisa dimaknai mereka sedang menggalang kekuatan anti Anies. Keduanya mendukung Ganjar dan Prabowo.
Dan itulah memang kemauan Jokowi sejak awal. Bahkan ia menginginkan Anies tidak bisa maju dalam capres 2024.
Yang menarik adalah pertemuan Jokowi dan Surya Paloh hari Senin lalu (17/7). Jokowi yang biasanya keras terhadap Anies, tiba-tiba memanggil Paloh. Apakah Jokowi terkesan dengan pidato Anies yang banyak berisikan doa? Atau Jokowi mulai realistis bahwa Anies tidak dapat dibendung, sehingga ia memainkan jurus pengaman setelah lengser 2024? Wallahu A’lam.
Memang Jokowi dan PDIP wajar ‘takut’ pada Anies. Karena hanya Anies lah yang berjanji melakukan perubahan. Hanya Anies yang berani tidak meneruskan semua kebijakan Jokowi. Sedangkan Ganjar dan Prabowo hanyalah anak manis yang berjanji meneruskan semua kebijakan Jokowi.
Jokowi sebenarnya tidak perlu takut pada Anies. Anies bukanlah pendendam dan tidak ingin membuat lawan terhina. Anies adalah seorang pemimpin pendidik. Ia bukan hanya pemimpin tapi juga pendidik. Ia punya pedoman menang tanpa ngasorake, dalam istilah Jawa. Menang tanpa menghinakan.
Inilah sebenarnya yang membedakan Anies dengan Ganjar dan Prabowo. Ganjar dan Prabowo memang pemimpin. Keduanya bisa mengumpulkan massa, tapi keduanya bukan pendidik. Keduanya hanya manajer atau pemimpin.
Pemimpin pendidik, selain ia bisa memimpin, ia juga bisa mendidik rakyatnya. Ia bukan hanya mengambil kebijakan yang tepat, tapi juga sanggup menjelaskan dengan gamblang kebijakan yang diambilnya. Rakyat bukan hanya disuruh nurut tapi juga diberi kesadaran agar mereka bisa menikmati keadilan dan kemakmuran di negeri ini.
Jokowi adalah juga tipe pemimpin yang bukan pendidik. Kata-katanya sering berubah-ubah, sehingga sulit dijadikan pegangan. Programnya tidak jelas. Seperti misalnya ia menggemborkan program anti radikalisme, yang ternyata membidik umat Islam. Banyak aktivis Islam dan dai dipenjara tanpa kesalahan yang jelas. Anti radikalisme adalah program yang tidak jelas. Ia kalimat karet yang bisa kemana-mana. Tergantung selera penguasa dan timnya.
Pemimpin pendidik tidak akan membuat program seperti itu. Program yang akan dibuatnya jelas dan bisa didiskusikan secara ilmiah. Karena ia terbiasa mendidik mahasiswanya untuk menggunakan ilmu dalam segala tingkah lakunya.
Dan inilah tipe pemimpin yang dibutuhkan dalam era internet ini. Dalam era industri 5.0. Dalam era dimana semua pemimpin akan diteropong dan dikuliti sedetil-detilnya. Keluarganya, masa lalunya, ide-idenya dan lain-lain.
Disinilah keunggulan Anies. Anies tidak pernah membuat kebijakan yang merugikan rakyat. Pemikiran-pemikiran Anies jelas ingin memajukan umat Islam dan rakyat Indonesia umumnya.
Ganjar, karena bukan pendidik terpeleset dengan dukungannya kepada pornografi. Prabowo karena bukan pendidik, tidak punya konsistensi dalam bersikap. Di masa kampanye 2014 dan 2019, terus menerus menghantam Jokowi, tiba-tiba rela menjadi anak buahnya. Prabowo tidak berbuat apa-apa ketika Habib Rizieq dipenjara dan aktivis-aktivis Islam dikerangkeng.