Jokowi Mati Gaya, Anies The Real Leader
Menyelamatkan para tenaga medis
Ibarat pepatah, buzzer menggonggong Anies berlalu, dia terus melangkah. Anies meminta perkantoran di Jakarta tutup selama 14 hari.
Praktis walau tidak dinyatakan lockdown, Jakarta sudah tertutup dari berbagai aktivitas publik. Dia sering menyebutnya sebagai limited movement. Membatasi pergerakan manusia.
Sebagai antisipasi berbagai dampak kebijakannya, terutama dampak ekonomi terhadap pekerja informal, Anies menyiapkan bantuan uang tunai untuk 1,1 juta warganya.
Langkah terakhir yang menyedot perhatian publik adalah keputusannya mengubah hotel-hotel milik Pemprof DKI menjadi rumah sementara bagi para pekerja medis.
Semua kebutuhan mereka, mulai dari makan minum, sampai kendaraan ke tempat mereka bekerja, disediakan oleh Pemda secara gratis. Sebelumnya Anies juga memberi insentif Rp250 ribu/perhari bagi tenaga medis di Jakarta.
Langkah ini mengundang pujian publik dan membuat para pekerja medis haru biru. Mereka adalah pasukan tempur yang berada di garda terdepan, tetapi keselamatannya diabaikan.
Beberapa orang dokter dan tenaga medis telah gugur karena keterbatasan alat pelindung diri (APD), dan kelelahan kerja. Tragisnya alih-alih mendapat support, banyak tenaga medis yang tidak bisa pulang ke rumah.
Mereka ditolak pulang oleh keluarga dan tetangganya. Takut membawa pulang virus Covid-19.
Situasi itu membuat mental drop. Pasukan mengalami demoralisasi.
Tragedi!!!! Aib bagi sebuah bangsa yang tidak bisa menghormati, dan menghargai para pahlawan kemanusiaan.
Mereka berjibaku menyelamatkan dan melindungi nyawa kita semua. Kita enak-enakan santai di rumah. Tapi kita malah menolaknya. Menjauhinya. Dalam situasi darurat akal sehat sering tidak bisa digunakan.
Anies memang beda. Dia menunjukkan diri sebagai komandan yang melindungi, mengayomi anak buahnya di medan pertempuran. Mereka bisa fokus di medan tempur. Akomodasi, logistik, dan keluarga aman.
Dia tidak hanya mengambil langkah konkrit, tapi dia juga mengangkat moral pasukan. Secara tulus menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pahlawan kemanusiaan itu.
Anies menulis surat dalam kop resmi seorang gubernur. Posisi formal sebagai pemimpin rakyat Jakarta. Surat yang diletakkan di meja sebuah kamar di Hotel Grand Cempaka, Jakarta itu membuat kaget seorang tenaga medis.
Ketika masuk kamar, dia menemukan surat itu. Dibuka, dibaca, daaannnnn…….. tak mampu membendung air matanya.
Videonya viral. Sukses membuat mewek orang sak-Indonesia.
Jika Jokowi masih terus melihat berbagai kebijakan Anies dari kaca mata politis, dia pasti bakal Mati Gaya.
Sebagai Presiden Jokowi jelas punya semua sumber daya, jauh di atas Anies. Dia bisa berbuat jauh-jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dilakukan Anies. Tinggal perintah!
Kalau sejak awal perintah Jokowi jelas dan tegas, sesungguhnya dia bisa mengklaim semua kerja yang dilakukan oleh Anies dan para kepala daerah lain.
Kalau sukses tinggal klaim. Kalau berantakan tinggal salahkan. Toh perintahnya sudah jelas.
Sayangnya publik sejak awal menangkap adanya kesan rivalitas. Publik sekarang sedang menunggu-nunggu. Kapan Jokowi turun ke lapangan, seperti biasa dia lakukan dalam beberapa peristiwa bencana.
Foto-foto ikoniknya di wilayah bencana, sangat membekas di ingatan publik. Menggenakan kemeja putih tangan panjang, dengan lengan digulung, celana hitam dan sepatu kets.
Berjalan sendirian dengan wajah termangu-mangu, sangat ditunggu! End
Hersubeno Arief
sumber: facebook hersubeno arief