Kapan Palestina Dapatkan Keadilan?
Ketika dunia masih sibuk untuk membantu Ukraina, disaat itu pula mereka telah lupa kekejamaan Israel yang makin menjadi-jadi di tanah Palestina. Apalagi ditengah kesucian bulan Ramadan, tentara zionis masih saja melakukan kerusuhan hingga membunuhi kaum muslim. Dikutip dari wartaekonomi.co.id, Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtay menyampaikan harapannya kepada dunia untuk bisa menghentikan serangan militer mereka terhadap warga sipil Palestina pada Senin (4/4/2022) lalu.
Serangan brutal pada Sabtu (9/4) kembali memakan korban yakni seorang pemuda Palestina bernama Ra’ad Fath Hazen. Diketahui pada Kamis (7/4) Ra’ad menyerang sebuah bar di Tel Aviv. Tiga orang Israel tewas dan 12 luka-luka. Atas kejadian ini, Perdana Menteri Israel Naftali Bannett memberikan kebebasan penuh kepada pihak keamanan untuk mengekang gelombang kekerasan (detik.com). bahkan tidak hanya tentara, Israel memberikan izin para pemukim yahudi untuk membawa senjata dan membunuhi warga Palestina jika dirasa berbahaya.
Miris, ditengah sebagian dunia Islam memberikan dukungan kepada Ukraina. Palestina justru dilupakan, ditinggal dan dikhianati oleh saudaranya. Rakyat Palestina berjuang sendiri demi nasib mereka.
Sudah bukan rahasia lagi jika beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel yang dimakcomblangi oleh Amerika Serikat. Uni Emirat Arab (UEA) setuju melakukan normalisasi hubungan dengan Israel September 2020 lalu atau di bulan-bulan terakhir pemerintahan Donald Trump. Kemudian Bahrain, Sudan, dan Maroko juga mengikuti langkah UEA.
Tidak hanya negera-negara Arab, pada bulan Februari lalu Turki juga melakukan normalisasi hubungan bilateral energi dengan Israel. Meski kemudian Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan normalisasi hubungan negaranya dengan Israel bukan berarti ada perubahan sikap soal Palestina. Dia menyatakan normalisasi hubungan ini juga dimanfaatkan untuk menengahi konflik Israel-Palestina (inews.id)
Semua realitas tadi tentulah sangat menyakitkan bagi rakyat Palestina. Terlebih karna negeri-negeri muslim sudah dianggap seperti relasi dalam menuntut hak-hak mereka. namun rupanya kata-kata kutukan dan ucapan sumpah serapah yang selama ini mereka lontarkan kepada Israel maupun Amerika Serikat hanyalah topeng sandiwara untuk menutupi kepentingan mereka. penguasa negeri muslim lebih takut kepada tuan penjajah dan merasa bersalah kepada anjing herder Amerika daripada kepada sesama saudara seiman dan Tuhannya.
Kondisi ini harusnya membuka mata kita bahwa umat tak dapat berharap pada dunia lebih-lebih dunia kini sedang dipimpin oleh Barat. Tak mengherankan apabila penjajahan Israel atas Palestina hingga kini tak kunjung usai.
Israel sendiri memang ditanam di tanah Arab untuk menjadi herder Amerika atas kepentingannya. Amerika paham bahwa bangsa Israel tak mengerti bahasa manusia. Yang dipahami mereka hanya bahasa senjata. Maka untuk melawan mereka hanya dengan jalan perang atau berjihad.
Memang benar secara defensif mereka telah melakukan jihad. Memang benar bantuan obat-obatan dan makanan juga telah diberikan oleh kaum muslim bagi rakyat Palestina. Namun hal itu tak cukup untuk dapat melawan pasukan herder. Butuh kekuatan kepemimpinan Islam yang dapat menjaga dan mengarahkan kaum muslim di seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Mari bersatu untuk mewujudkannya wahai kaum muslim sebab hanya dengannya keadilan dapat dirasa oleh Palestina. Wallahua’lam.
Azrina Fauziah, Aktivis Dakwah.