Kasih Sayang Rasulullah yang Luar Biasa
Nabi juga pernah berpesan,”Tidak beriman, jika kamu tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetanggamu kelaparan.”
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.1 Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS Ali Imran 159-160).
Menurut para ahli tafsir, asbabun nuzul ayat di atas – di samping ayat-ayat lainnya- berkenaan dengan Perang Uhud.
Kita tahu bahwa dalam Perang Uhud, Rasulullah dan para sahabat ‘menderita kekalahan’. Pasukan pemanah yang diperintah Rasulullah untuk tetap menjaga di tempatnya, turun memperebutkan harta yang dtinggalkan pasukan kafir Quraisy. Sehingga akhirnya pasukan kafir yang menguasai bukit-bukit itu dan pasukan Muslim lari tunggang langgang dan akhirnya mengalami kekalahan. Diriwayatkan bahwa Rasulullah juga terluka. Begitu pula sahabat banyak yang wafat dan melarikan diri.
Setelah Rasulullah kembali ke Madinah, para sahabat yang lari itu juga kembali menemui Rasulullah. Ketika melihat mereka kembali, Rasulullah tidak berkata kasar dan tidak menunjukkan wajah yang marah. Beliau tetap berlaku ramah terhadap mereka. Itulah yang dimaksud dengan ayat: ‘Maka disebabkan rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.’
Rasulullah memang suka bersikap lemah lembut terhadap para sahabatnya. Bahkan ketika ada sahabat yang sering marah, Rasul menyatakan, ”Jangan marah, bagimu surga.”
Perilaku lemah lembut ini juga diperintahkan Allah kepada Nabi Musa ketika harus berhadapan dengan Firaun yang kasar dan kejam. ”Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas.” “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS Thaha ayat 43 -44)
Apa hikmahnya perkataan lemah lembut kepada penguasa yang kasar dan kejam? Dengan perkataan lemah lembut, diharapkan orang yang berperilaku kasar, bisa tunduk. Tapi dasar Firaun yang kezalimannya melewati batas, ia tetap menolak ajakan Nabi Musa yang disampaikan lemah lembut itu.
Nabi Muhammad memang terkenal dengan lemah lembutnya. Baik dengan anak-anak, para sahabatnya, bahkan dengan musuh-musuhnya. Rasulullah pernah melayani debat dengan para pendeta Najran.
Pertama-tama Rasul mengajak mereka untuk masuk Islam. Mereka membantah,”Ketahuliah, kami sudah menjadi orang-orang Muslim (berserah diri kepada Allah) sebelum kalian ada!”