Kazakhstan di Persimpangan Jalan, Mampukah Bangkit?
Meskipun pada tahun 2019 Nazarbayev mengundurkan diri, dan Diplomat karir Kassym-Jomart Tokayev terpilih sebagai penggantinya. Secara luas bisa terlihat bahwa Nursultan Nazarbayev, telah menunjuk orang-orang yang bisa dijadikan wayang dan mengatur pemerintahan dari balik layar. Kondisi inilah yang mendorong rakyat Kazakhstan bergerak turun ke jalan. Menuntut perubahan, reformasi.
Krisis di Kazakhstan menyeret orang Kazakh ke persimpangan. Membiarkan diri terus terpuruk atau bangkit. Faktanya, berganti kepemimpinan tak membawa perubahan apapun. Aspirasi rakyat pun ditanggapi dengan label teroris dan mengundang intevensi asing. Di luar Rusia dan China, ada AS yang bersiap masuk atas nama penegakan HAM. Padahal semua sama, ingin mengeruk SDA Kazakhstan demi memperkaya diri sendiri. Itulah ciri ideologi kapitalisme dan sosialisme.
Satu-satunya ideologi yang memiliki pengaturan distribusi kekayaan hanyalah Islam. Dan jika menengok sejarah Kazakhstan, maka Islam senantiasa di hati bangsa Kazakh. Sejak abad ke-8 masehi, bangsa Kazakh sudah mengenal Islam. Berabad-abad lamanya kehidupan Islam menjadi keseharian kaum muslimin di Kazakhstan.
Meskipun ghirah dan pemikiran Islam sempat redup saat Uni Soviet menguasai Kazakhstan. Namun secara sadar, bangsa Kazakh selalu mengaitkan diri mereka sebagai pahlawan dan pendakwah muslim.
Sejarah adalah the key of future. Alangkah eloknya jika bangsa Kazakh terus mempelajari Islam kafah. Sebab hanya Islam yang mampu mengantarkan kebangkitan pada kaum muslimin termasuk bangsa Kazakh. Jaminan keberkahan pun akan didapatkan kaum muslimin jika menerapkan Islam dalam seluruh kehidupannya, termasuk bernegara.
Dan tak kalah penting, perlu juga mempelajari bagaimana metode kebangkitan yang benar. Agar energi dan potensi umat tak terbuang percuma dan tak ada peluang dibajak oleh pihak lain ataupun intervensi asing. Wallahu a’lam []
Mahrita Julia Hapsari, Komunitas Muslimah untuk Peradaban.