Kebebasan vs Kebahagiaan
Dunia ini butuh keteraturan atau keseimbangan, bukan kebebasan. Manusia butuh kebahagiaan (dunia dan akhirat), bukan kebebasan.
Barat sendiri sebenarnya sudah menyadari hal ini, sebagaimana sekarang ini yang banyak dilakukan PBB adalah mengukur indeks kebahagiaan bukan indeks kebebasan. Sayangnya indeks kebahagiaan yang dijadikan faktor hanya faktor fisik atau duniawi saja. Tidak ada ‘faktor-faktor ukhrawi di sana’ seperti misalnya berapa banyak penduduk yang shalat, zakat, puasa Ramadhan, meninggalkan zina dan lain-lain.
Perbedaan Barat dan Islam, agar kebebasan tidak liar, ada konsep amar makruf nahi mungkar. Definisi antara makruf dan mungkar, berbeda antara Barat dan Islam. Barat, karena tidak ada kitab suci/pedoman mendasar, maka mendefinisikan makruf dan mungkar hanya berdasar pada akal/nafsu belaka. Sedangkan Islam mendefiniskan makruf dan mungkar ini berdasarkan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad Ulama yang Shalih. Makruf adalah setiap perbuatan yang diperintah Allah dan RasulNya. Mungkar adalah setiap perbuatan yang dilarang Allah dan RasulNya.
Akhirnya kita perlu merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati/akal, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. al Isra’ 36)
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. an Nisa’ 69)
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. al An’am 112)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui..” (QS. an Nuur 21) []
Nuim Hidayat