Kegagalan Sistematis, Penyebab Terbakarnya Kapal Perang AS Senilai Rp16,9 Triliun
Laporan yang disiapkan oleh Wakil Laksamana Scott Conn itu menguraikan penyimpangan besar dalam pelatihan dan kesiapsiagaan, komunikasi dan koordinasi yang buruk antara personel, pemeliharaan peralatan yang buruk, dan kerusakan yang lebih luas dalam struktur komando dan kontrol secara keseluruhan di kapal.
Misalnya, para penyelidik menemukan bahwa meskipun kapal dilengkapi dengan sistem busa pemadam kebakaran yang dapat memperlambat penyebaran api, tidak ada seorang pun di kapal yang mengetahui cara mengoperasikan sistem tersebut, yaitu dengan menekan tombol tertentu.
“Tidak ada anggota kru yang diwawancarai yang mempertimbangkan tindakan ini atau memiliki pengetahuan khusus mengenai lokasi tombol atau fungsinya,” imbuh laporan investigasi.
Bahkan jika para pelaut memiliki pengetahuan sebelumnya tentang mekanisme yang rumit, tidak jelas apakah mereka berhasil menghentikan api. Laporan tersebut mengeklaim bahwa sekitar 87% dari semua stasiun pemadam kebakaran di kapal terganggu oleh masalah peralatan atau tidak diperiksa sama sekali.
Secara khusus, tiga perwira tinggi di kapal dianggap bertanggung jawab atas tanggapan darurat yang tidak memadai, termasuk komandan Gregory Thoroman, pejabat eksekutif Michael Ray dan Kepala Komandan Komando Jose Hernandez.
Laporan itu mengatakan ketiganya tidak memastikan kesiapan untuk peristiwa semacam itu, dan menjaga kapal dalam kondisi buruk.
“Pelaksanaan tugasnya menciptakan lingkungan pelatihan, pemeliharaan, dan standar operasional yang buruk yang secara langsung menyebabkan hilangnya kapal,” sambung laporan investigasi Angkatan Laut.
Kegagalan untuk menahan api di beberapa area kapal menyebabkan suhu lebih dari 1.200 derajat Fahrenheit (649 derajat Celsius), cukup panas untuk melelehkan logam menjadi cairan, yang terlihat telah mengalir ke bagian lain kapal setelah api akhirnya padam beberapa hari kemudian.
Kebakaran terjadi tahun lalu saat kapal itu berada di pelabuhan di San Diego untuk upgrade senilai USD250 juta yang dijadwalkan memakan waktu dua tahun untuk diselesaikan. Dari sekitar 115 pelaut di dalamnya, sekitar 60 dirawat karena cedera ringan, seperti kelelahan akibat panas dan menghirup asap.
USS Bonhomme Richard termasuk di antara sembilan kapal serbu amfibi dek besar dalam inventaris AS, yang mampu membawa banyak helikopter, pesawat putar, atau hingga enam jet VTOL [Vertical Take-Off and Landing].
Kapal tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan pasukan AS di Jepang sebelum dipindahkan ke San Diego pada 2018 untuk perbaikan yang akan datang. [sindonews.com]