Kehancuran Manusia karena Kelebihan Kata dan Harta
Membicarakan kejelekan orang lain, berdusta, mengadu domba, dan keburukan lisan lainnya itu dimiliki orang tidak bisa menjaga hati dan lisannya. Kesempatan berbuat salah atau dusta tentu dimiliki oleh mereka yang banyak berbicara. Dari situlah rasa malu seseorang terkikis dan biasa mengerjakan kesalahan-kesalahan lainnya.
Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata,
ان الرجل ليكون فيه تسعة اخلاق حسنة، وواحدة سيء؛ فيغلب ذالك الواحد التسعة، فاتقوا عثرات اللسان.
“Sesungguhnya ada seseorang yang memiliki sembilan akhlak yang mulia, dan memiliki satu akhlak yang tercela, namun sembilan akhlak yang mulia itu bisa di kalahkan dengan satu akhlak yang tercela tersebut, maka hati-hatilah kalian dengan tergelincirnya lisan.” (Tanbihu al Mughtarriin karya As-Sya’roniy, 83)
Kondisi hati orang yang banyak berbicara. Ia keras dan berakhir dengan kematian. Alhasil hatinya selalu mendahulukan kepentingan pribadi dan syahwatnya daripada urusan ketaatan dan kecintaan pada Tuhannya. Disinilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan pada ummatnya agar selalu berkata baik atau diam saja jika tidak bisa menahan ucapan yang mengarah pada keburukan.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ketika hati anak manusia amat cinta kepada harta bahkan berambisi untuk mengumpulkan dan menumpuknya, maka sudah barang tentu harta tersebut dapat melalaikannya dari ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan ini tanda tanda kehancuran mendekat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa harta adalah fitnah, maka wajib bagi kita untuk waspada. Jangan sampai harta itu membinasakan kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
إِنَّمَا أَهْلَكَ مَـنْ كَـانَ قَبْلَكُمُ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ، وَهُمَا مُهْلِكَاكُمْ
Sesungguhnya dinar dan dirham telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan keduanya juga membinasakan kalian. (HR. Al-Bazzar, V/51, no. 1612)
Orang yang rakus kepada harta dan tidak menggunakannya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka orang yang demikian pasti celaka dan binasa. Ia akan mengalami kesusahan di dunia dan akhirat.
Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang paling bodoh dan paling idiot. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa daripada tempat tinggal yang kekal, dan menukar kehidupan yang abadi nan nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia