Kehancuran Yahudi Israel dalam Al-Qur’an dan Hadits
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
”Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri. Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. al Baqarah 132-136).
Rasulullah Saw bersabda,
الأَنْبِيَاءُ إخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى (رواه البخاري ومسلم وأحمد وابن حبان)
“Para Nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yaitu agama Islam, dan ibu-ibu (syari’at-syari’at) mereka berbeda-beda.” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Yahudi dan Nasrani senantiasa bekerjasama untuk menghancurkan Islam atau menghinakan umat Islam. Itu dilakukan sejak ‘masa Rasulullah Saw’ hingga kini. Yang sangat terlihat adalah kerjasama negara-negara kafir ‘Kristen’ (Inggris dan Amerika) untuk membentuk negara Yahudi Israel.
Inggris memberikan tanah Palestina untuk Yahudi dan Amerika memainkan lobi politiknya untuk pengesahan pendirian negara Israel di PBB. Maka jangan heran tahun 1948 pendirian negara Israel mulus di PBB. Dan ketika negara-negara Arab memerangi Israel, Amerika membantu penuh militer Israel untuk mengalahkan bangsa Arab.
Selain dengan jalan militer, ‘Yahudi Amerika’ juga memainkan politik pecah belah dengan memainkan isu Sunni Syiah. Orientalis Amerika mendukung penuh upaya Arab Saudi untuk menghantam Syiah, baik lewat buku-buku, kurikulum di universitas maupun lewat lobi-lobi. Bagi Amerika-Israel, Timur Tengah harus terus dibuat rusuh (antara Sunni dan Syiah), agar Israel aman.
Amerika yang sangat ketakutan ketika Revolusi Islam Iran 1978, membuat Amerika mendekat pada Irak (Saddam Hussein). Amerika memainkan politiknya, sehingga terjadi Perang Iran Irak.
Setelah itu perang terus berkecamuk di Timur Tengah hingga Arab Saudi akhirnya mengundang tantara Amerika ke negaranya. Bukan hanya itu Saudi juga mempersilahkan Amerika membangun pangkalan militernya di sana. Karena ulah pemerintah Saudi ini, banyak ulama mengecam keras kehadiran tentara-tentara kafir di Saudi dan sekitarnya.
Jalinan Saudi Amerika sudah terbentuk ‘sejak negara ini berdiri’. Bukankah pemerintah Saudi berdiri karena jasa besar penggalian minyak oleh perusahaan minyak Aramco milik Amerika?
Amerika tahu, model keislaman ‘wahabi saudi’ tidak akan banyak menarik orang-orang non Islam untuk masuk Islam. Wajah Islam yang kaku dan ‘tidak mengenal budaya’. Tapi pemerintah Saudi yang memang sudah enak dengan berlimpah uang minyak, tidak peduli dengan semakin mendalamnya hubungan erat dengan Amerika (negara kafir). Tidak mungkin intelektual Yahudi/Nasranni Amerika ‘tidak ikut campur dalam membentuk wajah Islam di Saudi’.
Maka Amerika tidak peduli, negara Saudi melanggar hak asasi manusia dengan menangkapi banyak ulama yang kritis kepada kerajaan. Coba kalau terjadi pada negara Indonesia misalnya, Amerika akan langsung berteriak lantang ke media-media ternama.