#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Kelaparan Sedang Membunuh Keponakan-keponakanku


Meski berjuang memberi makan keluarganya, Samah menolak membiarkan suaminya, Mohammed, pergi ke pos distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation. Dia tahu itu perangkap maut. Dia tidak ingin suaminya mempertaruhkan nyawa demi sekotak makanan yang mungkin tidak bisa dia dapatkan.

Di tengah kelaparan, kakak perempuanku yang lain, Asma, melahirkan anak keduanya, Wateen. Bayinya kini berusia dua bulan, dan karena kekurangan gizi, ia mengalami penyakit kuning. Aku hanya melihat Wateen melalui foto. Saat lahir, beratnya 2,5 kg. Di semua fotonya, ia terlihat pucat kekuningan dan lemas.

Dokter mengatakan ibunya, yang menyusui, tidak bisa memberi nutrisi yang dibutuhkan karena dia sendiri kekurangan gizi. Wateen perlu diberi susu formula tinggi nutrisi, yang tidak tersedia karena Israel memblokir pengiriman semua susu formula bayi ke Gaza.

Asma kini khawatir Wateen akan mengalami malnutrisi karena dia tidak mampu memberikan susu bergizi. “Aku seperti meleleh seperti lilin! Kapan penderitaan ini akan berakhir?” katanya kepadaku baru-baru ini.

Hatiku hancur setiap kali berbicara dengan kakak-kakakku dan mendengar penderitaan serta kelaparan yang melanda anak-anak mereka.

Pasukan pendudukan Israel sudah membunuh lebih dari 18.000 anak sejak memulai genosida. Sekitar 1,1 juta anak masih bertahan hidup. Israel ingin memastikan mereka tidak punya masa depan.

Ini bukan akibat tak disengaja dari perang; ini adalah strategi perang.

Malnutrisi bukan hanya soal penurunan berat badan parah. Ini adalah kondisi menghancurkan yang merusak organ vital tubuh, seperti hati, ginjal, dan perut. Malnutrisi menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, menyebabkan kerentanan penyakit, kesulitan belajar, gangguan kognitif, dan masalah psikologis.

Dengan membuat anak-anak Palestina kelaparan, mencabut hak mereka atas pendidikan dan layanan kesehatan, penjajah ingin mencapai satu tujuan: menciptakan generasi rapuh, lemah secara fisik dan mental, tidak mampu berpikir, dan tidak punya tujuan selain mencari makanan, minuman, dan tempat tinggal. Ini berarti generasi yang tidak mampu membela hak atas tanahnya dan melawan penjajah. Generasi yang tidak memahami perjuangan eksistensial bangsanya.

Rencana perang ini jelas, dan tujuannya telah dinyatakan secara terbuka oleh pejabat Israel. Pertanyaannya sekarang adalah: Apakah dunia akan membiarkan Israel menghancurkan anak-anak Gaza? []

Nuim Hidayat
Sumber: Al Jazeera

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button