#Ramadhan Berkah 1445 HMUHASABAH

Kelezatan Ramadhan Tiada Tara

Perilaku beringas pun menjadi kompensasi stress di otak yang sesak bagi para remaja di perkotaan. Perkembangannya menular ke anak-anak tingkat SMP, lalu SD, bahkan para mahasiswa pun mengidap perilaku yang amat memalukan ini.

Walau demikian muncul pertanyaan berhasilkah misi penghapusan libur bulan puasa bagi anak-anak sekolah ini sekaligus menghapus kelezatan umat Muslim menikmati Ramadhan yang diagungkan itu?

Untuk sementara memang, aturan yang mulai diterapkan pada 1979 itu membuat tiap-tiap individu Islam terperangah bagai umat Islam bahkan para pemimpinnya terkena palu godam, apalagi Daoed Joesoef, saat itu sekaligus menghapuskan bantuan pemerintah kepada sekolah-sekolah Islam dan sekolah swasta di seluruh Indonesia.

Betapa tidak, berpuluh-puluh tahun terakhir bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, anak-anak sekolah diberi kebebasan libur total sepanjang Ramadhan dan Idul Fitri sekitar 45 hari penuh, tiba-tiba dihentikan begitu saja.

Bagi siapa saja yang mengalami masa remaja pada era libur total Ramadhan itu niscaya bisa terkenang betapa kelezatan Ramadhan sepanjang 45 hari penuh itu bisa direguk, dinikmati. Namun kelezatan Ramadhan bisa dihapuskan begitu saja? Jawabannya pasti tidak.

Kenikmatan I’tikaf dan Umrah Ramadhan

Bahwa dampak aturan yang diterapkan Daoed Joesoef hingga hari ini setelah lebih 30 tahun, masih menyiratkan luka, sudah pasti. Tapi kelezatan Ramadhan tak bisa dihapuskan begitu saja. Alhasil, itulah usaha yang sia-sia dari upaya melawan kekuatan Al Islam.

Kelezatan Ramadhan tetap direguk umat Islam di negeri ini dengan cara yang lain. Ramadhan tetap menjadi magnet dan sekaligus menyebarkan berkah tiada tara di negeri ini.

Perhatikan saja berkah Ramadhan yang berimbas di dunia ekonomi. Perputaran ekonomi pun berpuluh lipat kali terjadi di hari-hari Ramadhan yang puncaknya pada hari raya Idul Fitri. Uang beredar pun menjadi merata di seluruh pelosok negeri.

Baca saja fenomena Lebaran dalam arus mudik. Sayang dampak secara fisik ini bukan menjadi saripati amalan Ramadhan jika hal itu hanya ditujukan pada konsumerisme dan kemubaziran. Dampak ikutannya, justru merugikan umat Muslim dengan terjadinya eksploitasi kalangan pedagang bahkan pemerintah, terhadap umat Islam.

Cara lain mereguk kelezatan Ramadhan, kini muncul dalam bentuk ibadah I’tikaf Ramadhan di 10 hari akhir Ramadhan.

Trend ini makin diminati umat Muslim bahkan bersama keluarganya yang berbondong-bondong I’tikaf di masjid-masjid favourit di kota-kota besar. Masjid At Tien yang dibangun oleh Almarhumah Nyonya Tien Soeharto di kawasan Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur, sudah lima tahun ini pengunjung i’tikafnya benar-benar membludak.

Masjid dengan kapasitas 10 ribu jamaah itu sudah tidak mampu lagi menampung jamaah sehingga umat pun rela beri’tikaf di selasar-selasar masjid bahkan di halaman masjid.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button