Kemenangan Gerakan Jihad Suriah, Akankah Berdampak untuk Palestina?
Kemenangan Hayat Tahrir As Syam (HTS) tentu bukan hal yang mengejutkan karena sesunguhnya pergolakan di Suriah sudah terjadi hampir dua dekade.
Suriah memanas ketika ISIS mendeklarasikan negara Islam Iraq dan Suriah dan melakukan perlawanan terhadap rezim Irak dan Suriah, namun ISIS yang membawa pemikiran ghuluw fii takfir akhirnya nasibnya tidak bertahan lama karena perlawanan terhadap ISIS tidak hanya dilakukan oleh pihak rezim namun juga dilakukan oleh sesama organisasi jihad bernama Jabhah Nusroh (JN) yang terafiliasi dengan Al Qaeda karena pemikiran ISIS yang menyimpang dan mudah dalam mengkafirkan.
Di Suriah sendiri al Qaeda di wakili oleh Jabhah Nusroh (JN) dibawah pimpinan Abu Muhammad Al Jawlani, yang kemudian beberapa tahun kebelakang mundur dan melepaskan Baiat dari al Qaeda untuk bergabung dan menjadi pimpinan Hayat Tahrir as Syam (HTS).
Bergabungnya dan diangkatnya Abu Muhammad Jawlani menjadi pimpinan HTS tahun 2017 adalah pilihan tepat dan langkah strategis karena HTS didukung oleh kelompok jihad lainnya di suriah dan umat Islam di Suriah dibandingkan Jabhah Nusroh (JN) yang hanya satu kelompok jihad saja, dalam hal ini yang terafiliasi al Qaeda, yang notabene sudah dicitrakan gerakan radikal dan terror oleh Amerika dan sekutunya. Dengan demikian, simpul perlawanan terhadap rezim Bashar Asad semakin luas, Suriah yang penduduknya mayoritas Sunni menemukan momentum untuk melawan rezim Bashar asad yang Syiah dan zalim terhadap rakyatnya.
Dan hari ini HTS berhasil memenangkan pertempuran dan Damaskus sebagai ibu kota Suriah berhasil dikuasai dan Bashar Asad sebagai presiden sudah meninggalkan Suriah.
Kemenangan ini berarti kemenangan ketiga dalam sejarah Islam modern yang diinisiasi oleh gerakan Jihad: kemenangan IS di Irak dan Suriah, kemenangan Taliban di Afganistan dan kemenangan HTS di Suriah.
Yang menjadi pertanyaan mampukah HTS mampu dan berhasil mempertahankan kemenangan dan kekuasaan ini seperti Taliban yang berhasil mempertahankan kemenangannya dan kekuasaannya di Afghanistan atau nasibnya seperti ISIS yang mempunyai kekuasaan hanya seumur jagung?
Dan jika HTS mampu menjaga kemenangan dan kekuasaannya dengan periode yang lama ini akan menjadi menarik karena dua negara Timur Tengah yang mencapai kemenangan dengan jihad yaitu Afganistan dan Suriah khususnya di Asia Barat di mana ada negara Palestina dan Israel maka ini juga akan menjadi peta baru perlawanan terhadap Israel dan pembelaan terhadap Palestina.
Akankah sejarah terulang bahwa Palestina akan dimerdekakan oleh negara luar seperti dulu masa Umar bin Khattab yang berasal dari Arab dan Shalahudin Al Ayubi yang berasal dari Mesir? Bisa jadi kekuatan HTS di Suriah atau Taliban di Afganistan-lah yang akan memerdekakan Palestina.
Untuk kajian Asia Barat ini juga menarik, karena kemenangan ini jelas akan mengguncang para rezim boneka Amerika di Timur Tengah dan Asia Barat. Maka kemenangan HTS dalam bahasa komunikasi bisa memancing negara-negara lain di Asia Barat bergejolak, umat Islam di kawasan Asia Barat bisa jadi akan bangkit dan melakukan perlawanan terhadap rezim di negaranya.
Untuk kita umat Islam di Indonesia tentu kita berdoa apa yang terbaik untuk izzatul Islam wal muslimin di manapun mereka berada. []
Indra Martian, Peneliti Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL)