Kemenangan Muhammad bin Abdullah
“Demi Allah hai pamanku! Jika mereka meletakkan matahari di kananku dan bulan di kiriku, dengan maksud agar saya meninggalkan persoalan ini, saya tidak akan melakukannya, sampai Allah menjelaskannya atau saya hancur dalam melaksanakannya.”
Ya Allah… Demikian hebatnya sampai menggoncangkan badan. Alangkah hebatnya Gambaran alam semesta yang agung. Jika mereka meletakkan matahari di kananku dan bulan di kiriku. Bayangkan seperti ini terambil hati Nurani alam semesta itu sendiri, bukan khayalan seorang manusia. Gambaran seperti ini adalah Gambaran yang ditimbulkan keimanan yang mutlak dari lubuk dasar perasaan.
Semenjak dari saat itu, Muhammad bin Abdullah telah menang. Ia telah menggoncang perasaan Quraisy dengan goncangan yang menjadikannya tidak dapat tegak dengan kukuh Kembali. Itulah keimanan, kekuatan yang tidak dapat dikalahkan oleh apa saja di atas bumi, bila ia telah tertanam dalam perasaan seorang manusia.
Muhammad bin Abdullah telah menang Ketika ia telah berhasil menjadikan para sahabatnya ra Gambaran hidup dari keimanannya, yaitu makan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Ia telah menang semenjak dari hari dimana ia telah membentuk masing-masing sahabatnya itu menjadi sebuah Al-Qur’an hidup yang berjalan di atas permukaan bumi. Ia telah menang mulai dari hari ia menjadikan setiap pribadi menjadi contoh yang melambangkan Islam. Orang melihat kepadanya dan orang menampak Islam itu sendiri.
Teks-teks agama saja tidak dapat membuat sesuatu. Buku Al-Qur’an tidak dapat bertindak untuk membentuk seorang laki-laki. Prinsip-prinsip saja tidak akan hidup, sampai ia berbentuk tingkah laku.
Karena itu Muhammad telah menjadikan sebagai tujuannya yang pertama adalah membentuk laki-laki, bukan memberikan pidato-pidato, membentuk hati Nurani dan bukan Menyusun pidato-pidato, membentuk suatu umat, bukan mengadakan suatu filsafat. Gagasan itu sendiri tellah dijamin oleh Al-Qur’an yang mulia. Tugas Muhammad Saw bukanlah untuk mengubah gagasan saja (tapi) menjadi orang-orang yang yang dapat diraba tangan dan dilihat mata.
Tatkala orang-orang ini telah berjalan di dunia bagian Barat dan di dunia bagian Timur, pada diri mereka itu orang melihat budi pekerti baru yang belum pernah dialami manusia. Karena mereka itu merupakan terjemahan hidup dari suatu gagasan yang belum pernah dialami umat manusia sebelumnya. Di waktu itulah manusia mulai percaya kepada laki-laki yang melambangkan gagasan itu. Mereka maju ke depan merealisasikan gagasan itu dalam diri mereka dengan mengikuti contoh yang telah ada, dan mereka menempuh jalan yang sama.
Gagasan-gagasan saja tidak dapat hidup. Walaupun ia hidup, tidak akan dapat mendorong manusia satu Langkah pun ke depan. Setiap gagasan yang hidup akan terlambang dalam diri seorang manusia yang hidup. Tiap gagasan yang berkarya dapat berubah menjadi suatu Gerakan kemanusiaan.
Muhammad bin Abdullah telah menang, mulai dari hari di mana gagasan Islam itu membentuk pribadi-pribadi. Keimanan mereka kepada Islam telah berubah menjadi amal perbuatan dan dicetak dalam buku-buku berpuluh-puluh buah, lalu beratus-ratus, kemudian beribu-ribu. Tetapi bukan dicetak dalam bentuk tinta di atas kertas. Ia dicetak dengan cahaya di atas gambaran kalbu. Lalu dilepaskannya agar lembaran-lembaran itu dapat bergaul dengan manusia, memberi dan mengambil dari manusia, dan ia mengatakan dengan perbuatan dan amal, apa itu Islam yang telah dibawa Muhammad bin Abdullah dari sisi Allah.
Dan akhirnya Muhammad bin Abdullah telah menang, pada saat ia menjadikan hukum Islam itu suatu sistem yang mengatur kehidupan, yang mengendalikan Masyarakat dan mengatur hubungan antara manusia, dan menguasai baik manusia maupun benda-benda.
Islam adalah suatu kepercayaan yang menimbulkan hukum. Di atas hukum itu berdiri sistem. Dari akidah, hukum dan sistem terbentuklah pohon Islam. Sebagaimana halnya dengan setiap pohon kayu, maka dia terdiri dari akar, batang dan buah.
Buah dan batang tidak akan ada tanpa akar yang menghunjam di dalam bumi. Akar tidak ada gunanya tanpa batang. Dan batang tidak akan ada gunanya kalau tidak menghasilkan buah untuk dimakan, untuk kepentingan kehidupan.