MUHASABAH

Kemerdekaan Hakiki Menurut Islam

Beberapa hari lagi, negeri ini akan kembali mengenang kemerdekaannya. 80 tahun sudah bangsa ini memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka. Proklamasi kemerdekaan Indonesia memberi harapan baru agar negeri ini segera terlepas dari segala bentuk penjajahan yang ada.

Kemerdekaan hakiki merupakan misi dari Islam. Islam memandang kemerdekaan hakiki adalah saat manusia bebas dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi dan penghambaan kepada sesama manusia.

Yunus bin Bukair radiyallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam pernah menulis surat kepada penduduk Najran, di antara isinya:

Amma ba’du. Aku menyeru kalian ke penghambaan kepada Allah dari penghambaan kepada hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian ke kekuasaan (wilâyah) Allah dari kekuasaan hamba (manusia)… (Ibn Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553, Maktabah al-Ma’arif, Beirut).

Misi ini juga terlihat dalam dialog Jenderal Rustum (Persia) dengan Rab’iy bin ‘Amir (Utusan Panglima Saad bin Abi Waqash) yang diutus setelah Mughirah bin Syu’bah pada Perang Qadisiyah untuk membebaskan Persia. Jenderal Rustum bertanya kepada Rab’iy bin ‘Amir, “Apa yang kalian bawa?” Rab’iy bin menjawab:

“Allah telah mengutus kami. Demi Allah, Allah telah mendatangkan kami agar kami mengeluarkan siapa saja yang mau dari penghambaan kepada hamba (manusia) menuju penghambaan hanya kepada Allah, dari kesempitan dunia menuju kelapangannya dan dari kezaliman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan Islam….” (Ibnu Jarir ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Muluk, ii/401, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut).

Islam memaknai kemerdekaan hakiki dengan bentuk penghambaan hanya kepada Allah SWT. Ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita semua, benarkah kita sudah menjadi hamba Allah yang benar benar merdeka?

Dengan semua tantangan yang kita hadapi hari ini. Dari mulai cara kita berumah tangga, sudahkah kita melayarkan kapal rumah tangga untuk meraih Ridha Allah atau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis semata?

Dari cara kita menuntut ilmu, sudahkah kita meniatkan karya untuk ummat atau hanya sekedar meraih nilai untuk dapat kerjaan mentereng?

Dari cara kita berekonomi, sudahkah kita laksanakan sesuai fiqih Islam atau malah berjamurnya transaksi Ribawi yang jelas-jelas tindakan yang akan diperangi Allah? Dan dari cara kita bernegara, sudahkah kita bernegara dengan hukum yang Allah turunkan atau malah memilih hukum manusia yang penuh dengan kelemahan?

Ini menjadi evaluasi kita bersama. Selama kita hidup di alam sekuler hari ini, rasanya sulit sekali untuk menghadirkan Allah dalam setiap sendi kehidupan. Ide sekuler kapitalisme telah mengikis setiap tujuan Muslim yang awalnya mulia untuk Allah, menjadi tujuan materi semata, menjadi tujuan asas manfaat semata. Semua itu terjadi karena memang capaian tertinggi atau kebahagiaan dalam sistem sekuler hari ini adalah teraihnya materi sebanyak banyaknya.

Ide ini telah menjajah pemikiran kaum Muslimin. Sehingga, untuk meraih kemerdekaan hakiki masih perlu perjuangan yang tidak mudah. Kita harus terus berupaya dan bersuara agar kehidupan Islam hadir kembali di tengah tengah kehidupan kita. Hanya dengan penerapan Islam secara sempurna lah kemerdekaan hakiki bisa terwujud.

Islam yang diterapkan dari bangun tidur hingga bangun negara, ia akan memandu setiap manusia untuk menghamba kepada Allah dalam setiap aktivitasnya. Islam yang diterapkan tanpa tercampur dengan ide-ide dari luar Islam akan memurnikan penghambaan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Insyaallah dengan ini semua, makna kemerdekaan hakiki akan benar benar kita raih.[]

Elis Irma Ratnasari, Pemerhati Generasi, Aktivitas Muslimah.

Artikel Terkait

Back to top button