QUR'AN-HADITS

Kemuliaan Berinfak dalam Keindahan Retorika Bahasa Al-Quran

Diriwayatkan bahwa Abdul Rahman bin Auf radhiyallahuanhu datang kepada Rasulullah Saw dengan membawa uang sebesar empat ribu dinar. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku memiliki delapan ribu dinar. Aku menyimpan empat ribu dinar untuk diriku dan keluargaku, dan aku meminjamkan empat ribu dinar lainnya kepada Tuhanku.” Rasulullah bersabda, “Semoga Allah memberkatimu atas apa yang kau simpan dan apa yang kau berikan.”

Di sisi lain kemudian Utsman bin Affan radhiyallahuanhu juga ikut berinfak. Beliau berkata, “Wahai Rasulullah, aku memiliki tanggung jawab untuk menafkahi orang-orang yang tidak memilikinya.”

Ayat tersebut turun berkenaan dengan mereka berdua. Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan infak sukarela.

Sedangkan didalam kitab Tafsir Jalalain dijelaskan perumpamaan atau sifat dari orang-orang yang membelanjakan harta mereka dijalan Allah artinya dalam menaati-Nya adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah tangkai, pada masing-masing tangkai seratus biji. Demikianlah pula halnya nafkah yang mereka keluarkan itu menjadi 700 kali lipat.

“…Dan Allah melipatgandakan lebih banyak dari itu lagi bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, lagi Maha Mengetahui.” Siapa-siapa yang seharusnya beroleh ganjaran yang berlipat ganda itu (Imam Jalaludin Al Mahally dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 1990)

Penutup

Kemuliaan berinfak dalam Al-Qur’an tidak hanya ditunjukkan melalui perintah dan anjuran yang berulang kali disampaikan, tetapi juga melalui keindahan retorika bahasa di dalamnya dengan penggunaan kajian amtsal atau perumpamaan.

Hal ini menunjukkan betapa besar nilai infak dalam pandangan Allah SWT. Salah satu contohnya terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, di mana Allah menggambarkan infak seperti benih yang tumbuh dan menghasilkan kelimpahan yang luar biasa—sebuah gambaran yang penuh makna dan sarat motivasi spiritual.

Melalui sejarah dan contoh sahabat Nabi seperti Abdul Rahman bin Auf dan Utsman bin Affan, kita menyaksikan bagaimana ajaran infak diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang mendukung perjuangan dan solidaritas umat Islam.

Keindahan bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan infak menjadi pengingat bahwa setiap kebaikan yang kita keluarkan, sekecil apa pun, akan kembali kepada kita dalam bentuk keberkahan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat. []

Wisnu Hadi Mudzakir, Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button