Kepemimpinan Transformasional Berbasis Keikhlasan

Lewat wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi, kepemimpinan Dr. Irfan Syauqi Beik dinilai visioner dan sangat kuat dalam menyampaikan arah jangka panjang kepada timnya. Ia tidak hanya menyampaikan target-target program tahunan, tetapi juga mengajak tim melihat peran BAZNAS dalam pengembangan zakat nasional, termasuk kontribusi dalam pengambilan kebijakan.
Sebagai akademisi dan praktisi yang aktif dalam kajian ekonomi Islam, Dr. Irfan Syauqi Beik mengintegrasikan nilai-nilai spiritual ke dalam praktik kepemimpinan sehari-hari. Ia memandang bahwa tugas di BAZNAS bukan sekadar jabatan administratif, melainkan amanah keagamaan yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, dan keikhlasan menjadi landasan utama dalam memimpin.
Salah satu kontribusi penting Dr. Irfan Syauqi Beik adalah pengembangan metode CIBEST (Center for Islamic Business and Economic Studies), yang menjadi instrumen baru dalam mengukur efektivitas distribusi zakat. Metode ini tidak hanya mengkaji aspek ekonomi semata, tetapi juga menyentuh aspek spiritual dan sosial, yaitu dengan mengintegrasikan dimensi kesejahteraan dunia dan akhirat (material dan spiritual well-being). Metode CIBEST telah diadopsi di berbagai lembaga zakat domestik dan menjadi rujukan internasional, termasuk di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei.
“Sebagai salah seorang pemimpin di BAZNAS, Dr. Irfan Syauqi Beik mampu melihat potensi setiap orang di tim dan tidak menyamaratakan pendekatan yang beliau gunakan. Tim merasa sangat didukung dan dihargai selama bekerja bersama beliau, tanpa memandang apakah sudah lama bekerja ataukah staf baru. Pendekatan beliau yang personal membuat anggota tim merasa aman untuk berkembang dan mencoba hal baru,” ungkap Dwi.
Sebagai Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, beliau tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga memperkuat legitimasi moral lembaga dengan menghadirkan inovasi berbasis nilai melalui pengembangan metode CIBEST. Metode ini menekankan pentingnya pengukuran kemiskinan dan kesejahteraan yang mencakup dimensi spiritual dan material, yang mencerminkan keberpihakan pada nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan umat. Melalui pendekatan tersebut, Dr. Irfan Syauqi Beik membuktikan bahwa kepemimpinan dalam sektor publik tidak cukup hanya mengandalkan keahlian teknis, tetapi juga membutuhkan kepekaan sosial, integritas syariah, dan visi pelayanan yang kuat.
Dalam konteks studi ini, kepemimpinan transformasional menjadi model yang paling relevan untuk menganalisis gaya kepemimpinan Dr. Irfan Syauqi Beik. Sebagai tokoh yang berhasil menginisiasi metode CIBEST sebagai inovasi dalam pengukuran kesejahteraan zakat berbasis nilai Islam, Dr. Irfan Syauqi Beik menunjukkan karakteristik utama pemimpin transformasional: inspiratif, visioner, dan mendorong perubahan berkelanjutan. Ia tidak hanya menggerakkan tim melalui motivasi personal, tetapi juga melalui transformasi sistem dan nilai kerja organisasi yang sejalan dengan tujuan sosial dan spiritual lembaga.
“Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, model kepemimpinan Dr. Irfan Syauqi Beik diharapkan dapat menular dan ditiru oleh calon-calon pimpinan masa depan. Belajar dari kepemimpinan beliau, seorang calon pemimpin harus terus meningkatkan aspek positif yang mendukung tujuan organisasi,” tandas Dwi. [ ]
Penulis :
Dwi Asih Setiawati (K1501242224)
Listio Nugroho (K1501242198)
Rian Widipratomo (K1501242209)
Raihan Athalla Radistra (K1501242223)
Mahasiswa IPB University
Sekolah Bisnis IPB, Magister Management