Ketika Anak Salah Ucapkanlah Doa, Bukan Cacian

Setiap anak akan melakukan kesalahan. Ia bukan malaikat yang tak pernah luput, bukan pula setan yang hanya layak dicaci. Ia adalah manusia yang sedang tumbuh, mencari arah, dan belajar dari setiap langkah yang kadang benar, kadang tergelincir. Namun, sayangnya, respons orang tua tak jarang justru memperkeruh suasana: bentakan, ancaman, bahkan cacian.
Dalam Islam, pendidikan anak bukan hanya perkara disiplin, tapi juga ibadah. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam hal ini. Ketika seorang anak kecil kencing di masjid, para sahabat marah. Tapi Nabi ﷺ justru bersikap lembut. Beliau membiarkannya selesai, lalu membersihkan najisnya, dan menasihati anak itu dengan kasih. (HR. Bukhari dan Muslim)
Bandingkan dengan cara sebagian orang tua masa kini merespons kesalahan anak kadang karena nilainya turun, gadget-nya jatuh, atau lupa salat. Kata-kata yang keluar bisa lebih tajam dari cambuk: “Dasar bodoh!”, “Bikin malu orang tua!”, atau “Neraka tempatmu kalau terus begini!”
Padahal, dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim tak pernah mencaci Ismail saat diminta menyembelih anaknya. Justru ia mengajak berdialog, dan Ismail menjawab dengan penuh iman: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)
Ini bukan hanya kisah pengorbanan. Ini juga kisah kepercayaan dan pendidikan ruhani. Anak tidak menjadi baik karena ketakutan, tetapi karena merasa dimuliakan dalam proses dididik.
Cacian menoreh luka, doa menumbuhkan harap. Cacian mempermalukan, doa memuliakan. Ketika anak melakukan kesalahan, ucapkan:
“Ya Allah, berikan anakku hati yang lapang dan akhlak yang mulia.”
“Ya Allah, tuntunlah dia agar tumbuh dalam kebaikan dan takwa.”
“Ya Allah, jadikan kesalahannya jalan menuju kebaikan yang lebih besar.”
Doa adalah senjata ruhani. Ia tak terdengar oleh anak, tapi didengar oleh langit. Dan langitlah yang akan menanamkan kebaikan di hati mereka, jauh lebih dalam dari bentakan dan celaan.
Menjadi orang tua bukan hanya tentang memberi makan dan biaya sekolah, tetapi juga tentang menata lisan saat marah, menahan tangan saat emosi, dan mengubah cercaan menjadi doa. Itulah tarbiyah dalam Islam: penuh cinta, sabar, dan harap kepada Allah.
Jika kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi manusia mulia, maka mulailah dari diri kita: dari kata-kata yang keluar saat mereka jatuh. Apakah itu doa, atau justru caci maki? []
Fakhurrazi Al Kadrie S.H.I, M.Pd., Penyuluh Agama Islam Kementerian Kota Pontianak.