Ketika Presiden Tidak Bisa Jadi Teladan

Pak Harto dibidik CSIS dan jaringannya dalam masalah korupsi dan tidak bisa mengerem anaknya (Tommy Soeharto) dalam berbisnis. Yang jelas, CSIS dan PKI dendam kepada Pak Harto. Memang jago mereka dalam permainan massa dan media massa saat itu.
Bagaimana dengan Gus Dur? Gus Dur itu aneh. Tokoh Islam tapi senangnya membela kelompok non Islam. Waktu peristwa Tragedi Tanjung Priok 1984 yang menewaskan puluhan orang Islam saat itu, umat Islam benci kepada Panglima TNI Jenderal Benny Moerdani. Banyak mubaligh dan tokoh umat saat itu dipenjara. Tapi Gus Dur malah mengajak Benny keliling ke pesantren. Gus Dur juga tidak setuju waktu pembentukan ICMI. Makanya ketika Gus Dur jadi presiden aneh-aneh yang terjadi. Selain sering ngomong yang aneh-aneh, ia juga ingin menjalin hubungan dengan Israel lebih akrab. Perlu diketahui bahwa Gus Dur pernah mendapat penghargaan dari tokoh Yahudi ‘Shimon Peres Award’. ‘Kelompok Islam Masyumi’ tidak ada yang suka kepada Gus Dur. Perlu diketahui di masa Benny Moerdani umat Islam sering diteror, banyak yang dipenjara dan mengalami kemengapan dalam politik.
Megawati? Setali uang dengan Gus Dur. Tokoh-tokoh Islam saat itu sengaja mendorong Megawati jadi presiden, agar rakyat Indonesia mengetahui kelemahan Megawati. Karena ketika reformasi ia seperti dewi, dipuja-puja banyak masyarakat. PDIP menjadi partai terbesar setelah reformasi. Banyak asset-aset negara yang dijual di masa Mega. Yang aneh Mega jadi presiden, tapi suka mengeluh. Karena ketidakmampuan dan kekurangcerdasan Mega saat jadi presiden, sehingga masyarakat menjadi tahu kelemahan Mega. Maka ketika Megawati berpasangan dengan Prabowo untuk jadi presiden, Megawati kalah dengan SBY-Jusuf Kalla.
SBY? SBY sebenarnya cerdas. Masyarakat agak tenang di masa SBY. Tapi SBY terlalu kentara menjadi anak manis Amerika dan tidak bisa mengerem nafsunya kepada harta. Di masa SBY, Alfamart dan Indomaret merebak dimana-mana sampai ke desa-desa.
Jokowi? Banyak tulisan saya tentang Jokowi di suaraislam.id. Yang jelas Jokowi seperti kata Fadli Zon, Jokowi adalah pemimpin boneka. Boneka? Boneka dari tokoh-tokoh Kristen Luhut Panjaitan dan Andi Wijayanto. Dua orang inilah ideolog dibalik kebijakan-kebijakan Jokowi yang melemahkan umat Indonesia. Pembubaran FPI dan HTI, penangkapan Habib Rizieq dan Munarman, penangkapan banyak aktivis dan tokoh Islam dan lain-lain. Maka bila Jokowi pisah dengan PDIP, harusnya umat Islam bersyukur. Ini mengingatkan pisahnya Pak Harto dengan CSIS. Harusnya tokoh umat mendekati Jokowi membimbing keislamannya agar lebih baik. Jokowi itu ‘miskin ideologi’, yang diketahuinya adalah hal-hal yang nampak (infrastruktur), bukan hal yang tidak tampak (ideologi).
Prabowo? Pengalaman Prabowo yang pernah berhadapan dengan Benny Moerdani membuat Prabowo tidak akan memenjarakan tokoh-tokoh Islam. Prabowo tahu ideologi. Cuma ideologinya Prabowo adalah sosialis. Orang sosialis tidak peduli agama. Bagi mereka yang penting ekonomi, rakyat makmur. Makanya programnya makan bergizi gratis. Lumayanlah Prabowo meski ia tidak bisa dijadikan teladan oleh mayoritas umat Islam Indonesia.
Kapan Indonesia akan memiliki presiden yang bisa menjadi teladan? Ini tergantung pada keseriusan dan keberpihakan umat Islam, khususnya tokoh-tokohnya. Bila tokoh-tokoh umat terus berpecah belah, bukan tidak mungkin Prabowo 2029 akan jadi lagi. Wamakaru wamakarallah. Wallahu khairul makirin. Wallahu azizun hakim. II
Nuim Hidayat Dachli, Direktur Forum Studi Sosial Politik.