QUR'AN-HADITS

Ketika Ulama Besar Mesir Sebut Indonesia Negeri Al-Qur’an

Cinta umat Islam Indonesia terhadap Al-Qur’an mengundang decak kagum ulama dunia. Syekh Dr. Ahmad ‘Isa al-Ma’sarawi, mantan Syaikhul Qurra’ Mesir sekaligus pakar qira’at terkemuka, bahkan menyebut negeri ini memiliki posisi istimewa dalam menyebarkan Islam dan cahaya Al-Qur’an ke seluruh dunia.

Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia. Namun lebih dari itu, negeri ini dinilai sebagai tanah yang amat dekat dengan Al-Qur’an. Kecintaan masyarakat terhadap Kitabullah tampak dalam majelis taklim, musabaqah tilawatil Qur’an, hingga tradisi mengaji di pelosok desa.

“Indonesia adalah negeri Muslim terbesar yang memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan Islam dan Al-Qur’an ke seluruh dunia.”

Kecintaan yang Mengagumkan

Syekh Ma’sarawi mengaku terkesan dengan antusiasme masyarakat Indonesia dalam mendalami Al-Qur’an — semangat yang jarang ia temui di negara lain. “Kalau di negara lain, peserta pelatihan Al-Qur’an biasanya hanya puluhan orang. Tapi di Indonesia, saya pernah mengajar hingga diikuti 1.400 peserta, dari anak muda hingga orang tua. Semua bersemangat belajar Al-Qur’an,” jelas beliau.

“Di Indonesia, saya pernah mengajar hingga diikuti 1.400 peserta. Dari anak muda hingga orang tua, semua penuh semangat mempelajari Al-Qur’an.” Fenomena ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an benar-benar hidup di tengah umat, bukan sekadar bacaan ritual, melainkan ruh yang menggerakkan kehidupan umat.

“Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tetapi ruh yang harus menggerakkan kehidupan umat.”

Jejak Perjuangan Pendidikan Al-Qur’an di Indonesia

Kesaksian Syekh Ma’sarawi ini tak terlepas dari jejak panjang perjuangan pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Salah satu tonggak penting adalah lahirnya Metode Qiroati yang dirintis oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi di Semarang pada awal 1980-an.

Metode Qiroati menekankan kemurnian bacaan sesuai tajwid sejak awal, dengan praktik langsung secara talaqqi tanpa dieja. Metode ini terbukti efektif dan telah digunakan di ribuan TPQ di seluruh tanah air. Semangat KH. Dahlan: “baca langsung, benar, dan tartil” telah membentuk jutaan generasi muslim membaca Al-Qur’an secara benar dan meresap.

Lembaga Al-Ma’sarawi: Melanjutkan Mata Rantai

Kini hadir Lembaga Al-Ma’sarawi di Indonesia sebagai pelengkap perjuangan tersebut. Bila Qiroati berperan membumikan bacaan di akar rumput, maka Lembaga Al-Ma’sarawi memperkuat akar spiritual dan akademik melalui:
 Sanad dan Ijazah metode talaqqi.
 Pelatihan guru Al-Qur’an secara metodologis.
 Riset dan pengembangan metode pembelajaran sesuai perkembangan zaman.
 Pendidikan formal, dari ma’had hingga fakultas Al-Qur’an, dengan biaya terjangkau atau gratis di tahap awal.

Kedua gerakan—Qiroati dan Al-Ma’sarawi—menjadi sinergi kokoh: dasar bacaan yang kuat dan penguatan sanad serta keilmuan Al-Qur’an yang sistematis.

Pesan dan Harapan

Syekh Ma’sarawi menegaskan bahwa hidup bersanding dengan Al-Qur’an adalah kunci kebahagiaan dunia akhirat. Ia mengajak umat Islam Indonesia untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan sampan iman. “Mendukung pendidikan Al-Qur’an adalah amal besar. Rasulullah Saw bersabda: sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Penutup

Sejarah mencatat dengan jelas warisan para pejuang Al-Qur’an di Nusantara—dari KH. Dahlan Salim Zarkasyi hingga Syekh Ahmad ʻIsa al-Ma’sarawi. Dari akar rumput hingga tingkat akademik, semuanya menumbuhkan kecintaan Qur’ani yang nyata di tengah umat.

Sekarang giliran generasi muda untuk melanjutkan perjuangan tersebut: menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman moral, cahaya ilmu, dan semangat dakwah. Jika cinta Qur’an tetap dirawat, maka julukan “Indonesia sebagai negeri Al-Qur’an” bukan sekadar sanjungan, melainkan kenyataan sejarah yang terus hidup dalam setiap generasi.

Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr., Lc., M.A., M.Pd., C.ISP., C.LQ., Praktisi Pendidikan Al-Qur’an, Pengasuh Rumah Qur’an Mafaza Cindai Alus, Martapura, Kalimantan Selatan.

Artikel Terkait

Back to top button