DAERAH

Ketua FUUI Kiai Athian Ali Dai Kritik Kurikulum Cinta Buatan Menag Nasaruddin Umar

Bandung (SI Online) – Dalam perkembangan terbaru dunia pendidikan Indonesia, Kementerian Agama tengah mempersiapkan program baru bernama “Kurikulum Cinta” yang bertujuan memperkuat nilai toleransi dalam keberagaman.

Namun, gagasan ini menuai tanggapan kritis dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap prinsip dasar akidah Islam.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa program ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan di tengah masyarakat yang majemuk.

“Kita akan menanamkan rasa cinta antara satu sama lain melalui kurikulum. Karena kalau kurikulum itu mengajarkan hanya fanatik pada kebenaran agamanya masing-masing, lantas seolah-olah agama lain itu menjadi lawannya, bahkan mungkin musuhnya, itu tidak boleh terjadi…..Seolah-olah agama lain itu najis, seolah-olah agama lain itu tidak ada benarnya, itu tidak benar ” jelasnya.

Menurut Menteri Agama, dalam implementasi Kurikulum Cinta, para guru agama nantinya diharapkan tidak menjelek-jelekkan agama lain saat mengajar. Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk menekankan persamaan dan menghindari penanaman benih konflik atau perbedaan pada peserta didik sejak dini.

Menanggapi rencana tersebut, Ketua Umum FUUI, KH Athian Ali M.Dai menekankan bahwa konsep “cinta” sendiri memiliki makna yang dapat bersifat positif maupun negatif yang tergantung konteksnya.

“Dari satu sisi kata ‘Cinta’ sendiri bisa bermakna positif dan baik jika mencintai hal yang baik dan mulia, misal sebagai muslim ia cinta pada Allah dan Rasul-Nya serta cinta pada Islam. Namun cinta juga bisa bermakna negatif jika mencintai keburukan, kemaksiatan, kemunkaran dan tindakan tercela lainnya,” jelas Kiai Athian, Kamis (27/03).

Lebih lanjut, KH Athian menyoroti bahwa penilaian terhadap kurikulum baru ini harus didasarkan pada isi dan implementasinya. Ia menegaskan bahwa untuk kurikulum yang menyangkut pengajaran agama Islam, standar penilaiannnya haruslah berdasarkan syariat Islam, bukan semata-mata berdasarkan pemikiran atau perasaan manusia.

“Sebab perasaan dan pemikiran manusia itu sifatnya nisbi, bisa benar, bisa salah. Sementara yang mutlak benar menurut keyakinan seorang muslim hanyalah kebenaran yang datang dari Allah Swt yakni Al Quran dan dicontohkan Rasulullah Saw lewat haditsnya,” jelasnya.

Poin kritis utama yang disampaikan FUUI adalah pernyataan Menteri Agama yang mengindikasikan bahwa dalam Kurikulum Cinta, guru agama tidak dibenarkan mengajarkan bahwa hanya agama tertentu yang benar sambil menyalahkan agama lain. Menurut KH Athian, pandangan seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar akidah Islam

“Ini menyalahi prinsip dasar akidah seorang mukmin yang secara mutlak wajib meyakini hanya Islam agama yang benar dan diridhoi Allah SWT. Sesuai yang Allah Swt tegaskan lewat firman-Nya, ‘Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam’ (QS. Ali Imran: 19),” tegasnya.

KH Athian juga mengutip ayat lain dari Al-Qur’an yang memperkuat pandangannya, yakni Surah Ali Imran ayat 85 yang berbunyi, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button