Ketua MIUMI Aceh Safari Dakwah ke Bireuen
“Selain itu, penyebab datangnya bencana dan musibah juga karena kemaksiatan yang dibiarkan sehingga menjadi merajalela, bahkan menjadi tradisi dalam masyarakat yang dianggap biasa seperti syirik, khurafat, tahayul, bid’ah dan lainnya. Kemaksiatan tersebut dibiarkan terjadi dan berkembang tanpa ada upaya pencegahan dan larangan oleh umat Islam khususnya para pemimpin dan ulama. Mereka hanya diam, maka Allah SWT murka dan menimpakan bencana dan musibah serta azab-Nya”.
“Bencana atau azab itu datang tidak hanya menimpa para pelaku maksiat saja, namun juga menimpa orang-orang yang saleh dan tak berdosa dalam suatu negeri tersebut. Allah SWT berfirman: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya”. (QS. Al-Anfal: 25). Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata mengenai ayat ini: “Allah SWT menyuruh kaum mukminin untuk tidak melegalkan kemunkaran yang terjadi pada mereka. Jika tidak, Allah akan menimpakan azab secara menyeluruh kepada mereka”.
“Agar kita tidak ditimpa bencana atau azab Allah SWT, maka hanya ada satu solusinya yaitu meninggalkan maksiat dan bertakwa kepada Allah SWT serta melaksanakan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar”.
“Solusi untuk menghindari bencana alam dan musibah ini adalah taubat dan kembali kepada Islam. Bangsa Indonesia wajib bertaubat secara nasional dengan meninggalkan perbuatan maksiat mulai dari para pemimpin sampai rakyat biasa. Umat Islam wajib melaksanakan syariat Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Umat Islam wajib bertakwa kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah Allah swt dan Rasul-Nya dan meninggalkan semua larangan Allah swt dan rasulnya. Umat Islam wajib melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Inilah solusi mengatasi masalah bencana dan musibah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah”.
“Allah SWT menimpakan berbagai bencana tersebut agar kita sadar terhadap tujuan hidup kita, menegur kita agar tidak serakah dalam mengambil kekayaan alam, mengingatkan kita untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, dan memberi peringatan kepada kita agar kita bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus, serta memberikan azab sebagai balasan atas maksiat yang dilakukan.”
“Setiap muslim wajib mencegah kemunkaran sesuai dengan kemampuannya masing-masing, baik dengan tangan, lisan maupun hati, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Saw. Seorang pemimpin wajib mencegah kemunkaran dengan kekuasaannya. Seorang ulama, intelektual, ustaz, dan dai wajib mencegah kemunkaran lewat khotbah, ceramah, pengajian dan pengajaran. Begitu pula lewat tulisan, baik artikel dan maupun buku. Bila tidak mampu mencegah kemunkaran dengan tangan dan lisan, maka kewajiban seorang muslim mencegahnya dengan hati. Maknanya, membenci kemunkaran tersebut. Mencegah kemungkaran dengan hati adalah upaya yang paling minimal. Inilah tingkat paling rendah dari iman seseorang”, jelas ustaz Yusran dalam khutbahnya.
Sementara Ketua PD Muhammaiyah Bireuen Ustaz dr. Athaillah, Sp.OG menjelaskan agenda lain Ustaz Yusran selama di Bireuen di samping khotbah Jumat adalah menjadi penceramah pada pengajian malam dan Shubuh di Masjid Taqwa. Muhammadiyah Bireuen.
“Selain menjadi khatib Jumat, Ustaz Yusran juga menjadi penceramah pada pengajian rutin malam Sabtu PD Muhammadiyah Bireuen yang diadakan ba’da Magrib sampai Isya di Masjid Taqwa Muhammadiyah Bireuen dengan topik “Urgensi Menuntut Ilmu Syar’i”. Dan besoknya (Sabtu Shubuh), ustaz Yusran mengisi pengajian Shubuh di masjid yang sama dengan topik “Urgensi Membaca Al-Qur’an” selama lebih kurang satu jam.”
Menurut ustaz Athaillah yang juga alumni Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 80’an dan alumni kedokteran UGM tahun 90’an, jamaah yang menghadiri shalat Jumat sangat ramai dan memenuhi masjid. Begitu pula jamaah pengajian ramai dan antusias mengikutinya.
“Alhamdulillah, jamaah Jumat sangat ramai dan membludak, memenuhi dalam dan luar masjid. Saya perkirakan berkisar 900 an orang. Pengajian malam dan Shubuh pun ramai dihadiri oleh jamaah. Meskipun tidak sebanyak jamaah Jumat. Jamaah pengajian malam berkisar 400 orang dan jamaah pengajian Shubuh berkisar 380 orang. Para jamaah pengajian malam dan Subuh ini sangat antusias dalam mengikuti pengajian dari awal sampai akhir.”