Ketua MUI Harusnya seperti Buya Hamka

Kealiman Hamka ini tidak lepas dari pendidikan ayahnya, Haji Rasul. Ayahnya senantiasa menasihati Hamka Ketika muda agar mencari ilmu setinggi-tingginya. Ayahnya berharap Hamka lah yang menggantikan dirinya nanti sebagai ulama yang memberi bimbingan kepada Masyarakat.
Hamka bukan hanya pandai menulis dalam masalah keislaman (non fiksi), dalam tulisan fiksi pun ia menulis dengan bagus. Novel-novelnya, seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Di Bawah Naungan Ka’bah juga laris manis dibaca masyarakat.
Hamka adalah ulama sekaligus sastrawan. Karena begitu pintar dan menariknya Hamka dalam menulis, sehingga kelompok komunis saat itu menuduh Hamka sebagai plagiat, pengkhianat pemerintah dan lain-lain.
Dalam masa Orde Lama itu Hamka sempat merasakan dinginnya penjara selama dua tahun. Tapi justru dalam penjara itulah ia bisa menyelesaikan karyanya Tafsir Al Azhar. Ia mengungkapkan bahwa bila tidak dipenjara, mungkin ia tidak bisa menyelesaikan tafsirnya karena kesibukan dengan dakwah dan keluarga. []
Hidayat