Ketum KPIQP: Cukup Jadi Manusia untuk Menolong Palestina
Jakarta (SI Online)- Memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw 1442 H, Koalisi Perempuan Indonesia untuk Al-Quds dan Palestina (KPIQP) menyelenggarakan webinar bertema “Duka Perempuan dan Anak Al Quds, Duka Kita.”
Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 13 Maret 2021 itu menghadirkan Ketua KPIQP, Nurjanah Hulwani, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), Bunyan Saptomo, Pengajar Majelis Taklim Masjid Al-Aqsha Palestina, Zena Said dan Kepala Pusat Studi Gender UII, Trias Setiawati.
Ketua Komisi Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI) MUI Bunyan Saptomo mengajak masyarakat, khususnya umat Islam, untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap penderitaan rakyat Palestina. Menurutnya, perjuangan membela rakyat Palestina merupakan perjuangan untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan sekaligus perjuangan menolak penjajahan. Hal tersebut merupakan amanah konstitusi yang perlu dilaksanakan secara konsekuen.
“Marilah kita memanfaatkan media yang ada untuk sama-sama menggalang persatuan dan kampanye terhadap dunia. Mari kita terus dengungkan upaya untuk mewujudkan perdamaian, melawan penjajahan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel,” ungkapnya kepada 1.000 orang peserta diskusi.
Sementara dalam paparannya Nurjanah Hulwani menegaskan, apa yang dilakukan rakyat Palestina saat ini bukan semata menjaga negara mereka namun juga menjaga martabat umat Islam. Di sana terdapat Masjid Al Aqsha yang merupakan tempat bersejarah umat Islam yang perlu dijaga.
“Namun ironisnya, saat mereka menjaga kehormatan Al-Aqsha mereka harus kehilangan rumah serta dinistakan martabat mereka,” ujar Nurjannah.
Untuk mengakhiri penderitaan tersebut, Nurjanah mengajak seluruh elemen bangsa, apapun agamanya, untuk bersatu menyelesaikan urusan Palestina ini. “Cukup menjadi manusia untuk menolong Palestina,” pesannya.
Sementara Trias Setiawati mengungkapkan, penjajahan Israel terhadap rakyat Palestina sangat berdampak pada penderitaan perempuan dan anak Al Quds. Setiap hari mereka harus menghadapi tekanan tentara-tentara Israel yang tidak membedakan antara perempuan, anak-anak atau lelaki. Semua diperlakukan seperti menghadapi laki-laki dewasa.
Hal tersebut dibenarkan oleh Zena Said. Guru Majelis Taklim Masjid Al Aqsha ini menceritakan bahwa Israel secara sengaja menyengsarakan perekonomian penduduk Al Quds hingga tingkat kemiskinan mencapai 82 persen. Kondisi ini makin parah dengan adanya upaya sistematis Zionis untuk menghancurkan moral anak Palestina dengan membagikan narkoba secara gratis.
Juga mengatakan tingkat kekerasan tentara terhadap perempuan dan anak juga tinggi. Ia sendiri mengalami dua kali kekerasan tentara penjajah Zionis hingga rahangnya patah. Ini semua, kata Zena, membuat para ibu di Al Quds dihinggapi kekhawatiran yang sangat tinggi terhadap keselamatan keluarga mereka.
“Namun di atas itu semua, para perempuan Al Quds lebih mengkhawatirkan kondisi Masjid Al Aqsha di bawah penjajahan Zionis. Al Aqsha adalah titipan Nabi dan kompas perjuangan hidup Muslim,” kata Zena.
red: farah abdillah