Ketum Muhammadiyah Sebut Ada yang Belum Beranjak Aqil Baligh dalam Berbangsa Bernegara, Sindir Siapa?
Jakarta (SI Online) – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menulis di Republika, Sabtu, 23 Oktober 2021, sebuah artikel berjudul “Negara Milik Semua”. Artikel itu kemudian diunggah ulang di website resmi Muhammadiyah, muhammadiyah.or.id.
Haedar menulis, Indonesia merdeka sudah 76 tahun. Indonesia berbangsa bahkan berabad-abad lamanya. Mestinya, kara dia, segenap warga dan elite negeri makin dewasa dalam berindonesia. Ibarat buah makin matang, seperti ilmu padi, makin tua kian merunduk ke bumi.
“Namun, masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara,” lanjutnya.
Baca juga: Menag Yaqut: Kemenag Hadiah Negara untuk NU secara Khusus
Haedar memberi contoh adanya elite negeri yang menyatakan suatu Kementerian Negara lahir diperuntukkan golongan tertentu dan karenanya layak dikuasai oleh kelompoknya.
“Suatu narasi radikal yang menunjukkan rendahnya penghayatan keindonesiaan,” kata dia.
Selain itu, kata Guru Besar UMY ini, belum terhitung praktik paradoks lain yang sama gawat.
“Dunia politik, ekonomi, dan kekayaan alam dikuasai oleh sekelompok kecil pihak dan ramai-ramai membangun sangkar besi oligarki. Negara Republik Indonesia yang susah payah diperjuangkan kemerdekaannya oleh seluruh rakyat dengan segenap jiwa raga, direngkuh menjadi miliknya.”
Haedar menyebut hal ini sebagai ironi keindonesiaan.sebuah ironi bernegara yang sejatinya berlawanan arus dengan gempita “Aku Pancasila, Aku Indonesia, Aku Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI harga mati.”
“Ironi sebagai bukti, Indonesia ternyata belum menjadi milik semua!”