Ketum MUI Sumbar: Jadikan Saja Kemenag NU, Kami di Luar!
Jakarta (SI Online) – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar menanggapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang menyebut Kementerian Agama merupakan hadiah negara yang spesifik untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum.
“Bila pernyataan Yaqut diamini oleh NU, umat Islam di luar NU harus segera mengambil sikap karena kemerdekaan yang diperjuangkan seluruh umat bukanlah untuk menyerahkan kendali leher kita kepada sekelompok orang.
Tak perlu disurukkan lagi!,” ungkap Buya Gusrizal dalam tulisan berjudul “Kalau Hanya untuk NU, Jadikan Saja Kemenag NU, Kami di Luar!” yang diunggah melalui akun Facebook Buya Gusrizal Gazahar, Ahad (24/10/2021).
Buya Gusrizal, yang pernah menjadi dosen di IAIN Imam Bonjol, Padang dan IAIN Bukittinggi itu mengungkap rahasia umum bahwa selama ini untuk mengisi jabatan tertentu dalam berbagai posisi di Kemenag, haruslah dari orang-orang yang sesuai dengan pernyataan Yaqut tersebut.
Baca juga: Menag Yaqut: Kemenag Hadiah Negara untuk NU secara Khusus
“Selama ini, banyak pihak merasa segan untuk menyebutkan perkara ini demi menjaga persatuan umat,” ungkap ulama lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, itu.
Sekarang, lanjut Buya Gusrizal, segala perasaan ketidaknyaman atas sikap dan perlakuan yang tertahan di dalam dada, seperti tak berguna lagi untuk disimpan walaupun demi kesatuan umat dan bangsa.
Alasannya, pernyataan yang dilontarkan Yaqut dengan segala arogansi dan pemutarbalikan sejarah bangsa, telah menafikan peran umat dan mengumandangkan penjajahan sosial oleh sekelompok umat terhadap yang lain.
“Saya berharap organisasi sebesar NU tidak diam saja ketika mengetahui komentar Yaqut ini karena saya banyak mengenal tokoh NU yang tak terlintas dalam benak saya, akan berpandangan sama dengan pernyataan Yaqut tersebut,” ungkap Buya Gusrizal.
“Tapi kalau semua mereka bersikap diam, sangat disayangkan kalau kita harus berkata, ‘ambillah Kemenag itu oleh tuan-tuan tapi kami bukanlah budak yang bisa tuan-tuan kendalikan’,” tegas tokoh kelahiran Solok, Sumbar itu.
Baca juga: Kemenag, Benarkah Hadiah Khusus untuk NU?
Buya Gusrizal menutup tulisan singkatnya dengan mengutip Surat Hud, ayat 88. “…Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) kemashlahatan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”
red: farah abdillah