KH Cholil Ridwan: Hijrah adalah Gerakan Politik
Bogor (SI Online) – Ketua Dewan Pembina Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh Indonesia (BKsPPI) KH Ahmad Cholil Ridwan menjelaskan bahwa peristiwa hijrah sebagai peristiwa politik di masa Nabi Muhammad SAW.
“Hijrah adalah ibadah politik karena peristiwa hijrah adalah gerakan politik yang pertama kali dilakukan Rasulullah sebagai pemimpin partai Allah, bahasa Qur’annya Hizbullah,” kata Kiai Cholil dalam pengajian bulanan BKsPPI di Ponpes Mafazah Bogor, Ahad (14/8/2022).
“Jadi peristiwa hijrah itu adalah gerakan politik untuk mendapatkan bantuan dari negeri Yatsrib, yang kemudian kita kenal Madinah,” tambah Kiai Cholil.
Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu kembali menegaskan bahwa hijrah merupakan gerakan politik untuk mendirikan negara Madinah yang tidak lama kemudian menaklukan negeri Mekah.
Ketika membangun peradaban di Madinah, yang menjadi kepala negara dan panglima perangnya adalah Nabi Muhammad SAW.
Lalu pada tahun 8 Hijriah, Nabi Muhammad bersama sepuluh ribu pasukan kembali ke Mekah dan melakukan penaklukan Mekah tanpa pertumpahan darah sedikitpun.
“Mekah ditaklukan secara militer, jadi Mekah sebagai kota suci yang menjadi kiblat umat Islam, itu ditaklukan dengan kekuatan politik,” jelas Kiai Cholil.
“Ketika Mekah ditaklukan, kemudian 360 berhala dihancurkan, lalu Bilal diminta naik ke atas untuk azan,” tambah Pengasuh Pondok Pesantren Husnayain itu.
Terkait azan, Kiai Cholil mengatakan selama ini umat Islam baru memenuhi panggilan azan untuk melaksanakan shalat.
“Padahal kalau kita dengar azan, ada kalimat hayya’ alas sholah dan ada hayya ‘alal falah. artinya mari menunaikan shalat dan mari meraih kemenangan,” katanya.
Menurut Kiai Cholil, selama ini kita hanya memenuhi panggilan pertama untuk shalat tetapi belum memenuhi panggilan untuk kemenangan.