KHOTBAH

Khotbah Idulfitri 1446 H: Empat Pilar Menjaga Fitrah, Meraih Kesalihan Spiritual dan Sosial

Hawa nafsu selalu memerintahkan manusia pada banyak keinginan, walaupun keinginan itu, tidak sesuai dengan apa yang diridhai oleh Allah, sehingga menimbulkan ketamakan dan kerakusan.

لَوْ أَنَّ لإِبْنِ آدَامَ وَادِياً مِنْ ذَهَبٍ لأَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِياَنِ وَلَنْ يَمْلأَ فاَهُ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تاَبَ

“Jika anak Adam memiliki satu lembah emas dia akan mencari agar menjadi dua lembah dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah. Dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, keinginan hawa nafsu harus dikendalikan, sebab jika tidak, maka sudah dapat dipastikan, manusia akan terjatuh dalam jurang kehancuran.

مَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan Aku tidak membiarkan diriku dari jeratan nafsu, karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS. Yusuf :53)

Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahima Kumullah

Pilar yang kedua, menguatkan hubungan vertikal (hablum minallah) dengan penuh kekhusuan melalui ibadah mahdhah ruku dan sujud. Artinya dengan kekuatan shalat ini, keyakinan kita akan semakin bulat, dan ruh Islamiyah kita akan semakin kuat, sehingga hati kita semakin suci, terasa ringan menghadapi segala bentuk tantangan, terasa bahagia menikmati kehidupan. Allah berfirman :

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ

Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin.

الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خٰشِعُوْنَ

(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (QS. Al Mukminun : 1-2)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (٤٦)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS.Al-Baqarah: 45-46)

Allahu Akbar 3 x Walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahima Kumullah

Pilar yang ketiga, Meningkatkan keshalehan sosial (hablum minannas) melalui ibadah ghairu mahdhah dengan memperbaiki hubungan sesama, dengan cara internalisasi sifat dermawan, terbiasa membantu orang lain dalam amal kebajikan, melalui media sedekah baik dalam keadaan lapang maupun sempit, demikian juga dengan mengedepankan sikap simpati-empati saling memaafkan, menahan diri dari amarah, serta senantiasa memperbaiki diri dalam menjaga keharmonisan disetiap keadaan.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ # والَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: “(orang bertaqwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran : 134-135)

Kemudian setelah itu, kita perlu memadukan antara kesalihan vertikal dan kesalihan sosial. Artinya ibadah yang kita lakukan tidak hanya berhenti pada rukuk sujud semata, akan tetapi ruku sujud kita harus berdimensi sosial, yang diaktualisasikan, diwujudkan dalam bentuk sikap terpuji dan akhlak mulia, sehingga orang yang yang sudah melakukan shalat dan puasa adalah juga sebagai orang yang dermawan, responsif terhadap kemiskinan, gemar menyantuni anak yatim, cepat tanggap dalam aksi sosial lainnya, dengan demikian semua itu akan membawa perubahan individu, masyarakat, bangsa dan negara kearah yang lebih baik. Karena orang yang beribadah, ruku sujud, tetapi tidak membawa perubahan sosial, itu artinya ia telah mendustakan agama.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ﴿١﴾فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ﴿٢﴾وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ﴿٣﴾فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ﴿٤﴾الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ﴿٥﴾الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ﴿٦﴾وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ﴿٧﴾

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS.Al Maun:1-7)

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button