Kiai Basith, Pejuang Qur’an dari Kaki Gunung Ciremai
Kuningan (SI Online) – Usia yang mulai menginjak setengah abad tak menghalangi langkah dakwah Kiai Basith untuk mendawamkan Al-Qur’an. Ya, usianya kini sudah 56 tahun, tapi semangat berdakwahnya terus membara.
Ia tinggal di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat dan menjadi pengajar di Rumah Tahfidz Al-Basityah. Kini rumah tahfidz yang baru berjalan tujuh bulan itu harus diliburkan karena dampak pandemi Covid-19.
“Sudah tidak ada kegiatan santri menghafal sama sekali sejak dua pekan sebelum diberlakukannya PSBB di wilayah Kuningan,” ujarnya.
Sementara kegiatan belajar diliburkan, tidak ada metode pembelajaran online yang dilakukannya, sebab jaringan yang tidak stabil di wilayahnya. “Wali santri ataupun santrinya tidak semuanya memiliki gadget, jadi kegiatan online juga tidak ada,” tambahnya.
Kyai Basith menjadi salah satu guru ngaji di wilayah pelosok yang menjadi penerima manfaat program Bingkisan Lebaran PPPA Daarul Qur’an pada Ramadan lalu. Saat menyalurkan bingkisan kepada Kyai Basith, tim PPPA Daarul Qur’an Cirebon harus menempuh perjalanan yang tidak mudah. Perjalanan menuju Desa Puncak banyak menemui kendala sebab wilayah Kuningan menerapkan PSBB sehingga banyak jalan yang ditutup dan harus mencari jalan alternatif lainnya.
“Beberapa kali memutar jalan melewati daerah yang jauh dikarenakan akses masuk desa ditutup warga guna menghindari penyebaran wabah,” ujar salah seorang tim program PPPA Daarul Qur’an Cirebon, Syauqi Fahrizal.
Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an Abdul Ghofur mengatakan, selama Ramadan dan masa pandemi covid-19, lembaganya aktif mendampingi para guru ngaji hampir di seluruh pelosok nusantara.
Hal ini, kata Ghofur, merupakan upaya PPPA Daarul Qur’an untuk menjaga semangat para guru ngaji ini agar tetap istiqamah mendakwahkan Al-Qur’an.
“Inti gerak dari Laznas PPPA Daarul Qur’an adalah dakwah tahfidzul Qur’an,” kata Ghafur, Kamis (28/5).
Sehingga, lanutnya, Daarul Qur’an akan berusaha membersamai para guru ngaji seperti Kiai Basith untuk melalui masa krisis covid-19 dengan memberikan bantuan guna memenuhi kebutuhan pokok mereka. Apalagi para guru ngaji ini telah banyak berjasa mengajarkan anak-anak untuk bisa mengeja huruf hijaiyah.
“Oleh karenanya, kami ingin menjaga api semangat dakwah mereka tetap menyala meski kelas-kelas pengajian diliburkan,” pungkas Ghofur.
red: shodiq ramadhan