Kiai Didin: Tak Usah Pedulikan Isu Radikal, Mari Terus Bangun Semangat Beragama
Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc menolak upaya stigmatisasi radikal terhadap umat Islam khususnya kepada generasi muda.
Dalam beberapa tahun belakangan muncul isu radikalisme di kalangan sekolah khususnya diarahkan ke kegiatan Rohis (Rohani Islam) dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), termasuk di kalangan mahasiswa. Ada pihak-pihak yang menyatakan bahwa sejumlah perguruan tinggi dianggap telah terpapar paham radikalisme.
“Saya sangat tidak setuju dan menyesalkan kalau ada pernyataan-pernyataan yang miring bahwa OSIS itu dipengaruhi radikalisme. Kenapa dikatakan radikalisme? apakah karena mereka suka baca Alquran dikatakan radikal? apakah karena mereka suka pengajian disebut radikal? itu penyebutan-penyebutan yang salah. Justru radikal itu yang tidak shalat, radikal itu yang merasa paling baik, radikal itu yang mudah menuduh orang lain, memfitnah orang lain,” ujar Kiai Didin kepada Suara Islam Online beberapa waktu lalu di Bogor.
Meski demikian, kata Kiai Didin, di masa mendatang insyaallah kita optimis pada generasi pelajar sekarang yang aktif di pengajian, aktif di masjid dan aktif di OSIS. “Karena itu generasi muda harus kita jaga, dari merekalah kita berharap Indonesia ke depan lebih baik lagi. Pengurus lembaga dakwah di sekolah-sekolah, penggerak dakwah di kampus-kampus itulah mereka calon-calon pemimpin dan itu harus kita jaga, kita bangun kesadaran kolektif tentang ini. Membangun masa depan Indonesia dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik,” jelasnya.
Menurutnya, ada faktor yang membuat gembira, yaitu meningkatnya semangat anak-anak muda untuk belajar Islam, menghafal Alquran, ini satu kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Di kampus-kampus misalnya, semakin kampus itu diberikan “predikat-predikat yang tidak enak”, radikal dan lainnya tetapi secara kultural atau secara budaya dan gerakan itu tidak berpengaruh,” ungkap Kiai Didin.
Ia mencontohkan, sekarang mahasiswi semakin banyak yang memakai jilbab, tidak berkurang gara-gara disebut radikal. “Jadi dari aspek itu saya bersyukur dengan perkembangan ini, dan saya mengimbau kepada umat Islam kepada para dai untuk terus menerus dalam meyampaikan ajaran Islam dengan baik dan bijak serta penuh hikmah untuk membangun semangat beragama,” pesan Kiai Didin.
Oleh karena itu, Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKsPPI) itu berpesan kepada umat Islam untuk tidak terlalu peduli dengan stigma radikal.
“Tidak usah terlalu peduli dengan cap-cap seperti radikalisme, toh mereka juga melakukan sesuatu yang bersifat radikal kepada umat Islam. Kita umat Islam tidak pernah berbuat radikal, umat Islam hanya berbuat sesuai keyakinan dengan cara yang baik dan penuh hikmah, karena dalam Islam itu ada koridornya dalam berbuat sesuatu, “ud’u ila sabili robbika bil hikmah wal mau’idhotil hasanah wa jadilhum bil lati hiya ahsan”, serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan Al Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,” tandas Kiai Didin.
red: adhila