Kiamat Makin Dekat, Manusia Semakin Rakus Harta
Jika engkau memiliki keluarga yang menyayangimu, punya teman dan tetangga yang baik, punya makanan untuk dimakan, punya atap untuk tinggal, punya kendaraan yang memadai, mampu ibadah sesukamu, badan dan fisik sehat, sesungguhnya kamu adalah orang yang kaya, namun tak sadar. Maka sedikit sekali orang yang bersyukur atas itu, sehingga sifat tamak dan rakus menutupi karunia yang Allah Ta’ala berikan.
Berbagai bentuk kekayaan yang Allah Ta’ala berikan justru dipakai dan dimanfaatkan untuk mencari yang lebih, dan terus berlomba memuaskan hawa nafsunya, tidak kenyang dengan hanya memiliki satu gunung emas, terus sifat tamak dan rakusnya mengejar gunung emas yang lainnya kalau perlu seluruh isi dunia dia dapatkan.
Manusia tidak akan pernah puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.’ Kemudian Allâh mengampuni orang yang bertaubat. (HR. Al-Bukhari, no. 6439 dan Muslim, no. 1048)
Dari ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Saya pernah mendengar Ibnu Zubair dalam khutbahnya di atas mimbar di Mekah berkata:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمََ كَانَ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْأً مِنْ ذَهَبٍ، أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلَا يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
Wahai manusia! Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, seandainya anak Adam diberikan satu lembah yang penuh dengan emas, pasti dia akan ingin memiliki lembah yang kedua, dan jika seandainya dia sudah diberikan yang kedua, pasti dia ingin mempunyai yang ketiga. Tidak ada yang dapat menutup perut anak Adam kecuali tanah, dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat. (HR. Al-Bukhari, no. 6438)
Di hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam sabdanya,
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allah melainkan semakin jauh. (HR. Al-Hakim, IV/324)
Pada akhir zaman, orang-orang menjalankan ibadah sholat sekedar upacara keagamaan (ritual) atau gerakan-gerakan yang bersifat mekanis (amal) yang sesuai syarat dan rukun-rukunnya (ilmu), sebagaimana robot sesuai programnya. Mereka menjalankan sholat namun tetap melakukan maksiat, tetap melakukan perbuatan keji dan mungkar seperti mereka menjalankan sholat namun melakukan korupsi, memimpin tidak amanah atau memimpin tidak adil dan lain-lain.
Dari waktu ke waktu mereka semakin jauh dari Allah Ta’ala, semakin jauhnya manusia dari agama maka dunialah menjadi tempat tujuan, maka tidak heran semua bentuk kezaliman berujung pada saling berebutnya mereka dengan harta dunia, mereka berasumsi bahwa dengan harta semua bentuk urusan dunia mampu mereka selesaikan dan kuasai.
Daripada Abu Hurairah r.a. Beliau berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Akan keluar pada akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agama. Mereka berpakaian di hadapan orang lain dengan pakaian yang dibuat daripada kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang ramai, dan perkataan mereka lebih manis daripada gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman kepada mereka “Apakah kamu tertipu dengan kelembutanKu? Ataukah kamu terlalu berani berbohong kepadaKu? Demi kebesaranKu, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendekiawan) pun akan menjadi bingung” (HR Tirmizi)
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia