OPINI

KIM Plus: Strategi Perang Politik ‘Kuda Troya’

Meskipun masih missleading sekitar 6-7 % di kursi parlemen itu, bagi Gerinda cs jumlah tersebut belumlah bisa menjadi penentu kemenangan secara aman dan signifikan di padang Kurusetra parlemen itu.

Ingat, Jokowi yang dijuluki sebagai The King of Influencer sebelum waktu lengser itu tiba, sudah timbul diwacanakan sangat deras dan kencang Jokowi akan dijadikan Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

Yang akan berbeda fungsinya baik di era Orde Baru maupun apalagi di era “Orde Gorong-Gorong” ini sebagai penjelmaan lain dari Watimpres, Jokowi akan disejajarkan atau menyamai dengan Prabowo sebagai Presiden.

Sementara, PDIP sebagai satu-satunya partai tersisa di tengah-tengah perseteruan atau peperangan politik “Kuda Troyan” itu, setelah dialienasi oleh The King of Lie Jokowi mengkhianati dengan meninggalkannya:

Ternyata, eksistensi politik PDIP belum berakhir. PDIP memang habis di Pilpres. Tetapi, justru memenangkan suara terbanyak di Pileg 2024.

Maka, PDIP pun sebagai satu-satunya partai oposisional di luar kamar Parlemen perseteruan internal mereka praktis akan menjadi rebutan KIM Plus yang lambat laun namun dengan akselerasi dinamis telah membelah menjadi dua kubu di satu kamar parlemen, bukan di dua kamar itu.

Pilihan peran oposisional PDIP sekarang haruslah dilandasi dengan intensitas konsistensi dan komitmen yang tinggi dan luar biasa:

Jika perlu dipermanenkan —meskipun tak ikut bergabung di KIM Plus akan selalu siap siaga untuk selalu mendukung Gerindra Cs.

Dikarenakan PDIP haruslah sedemikian memberikan dukungan kepada Prabowo mengingat Prabowo itu seorang Presiden —yang dimenangkan oleh Jokowi dalam Pilpres 2024 dengan penuh kecurangan, keculasan dan kelicikan itu—hanya membawa beban legacy yang nyaris seluruhnya buruk dari Jokowi bagi dirinya.

Solusinya, semua beban buruk itu harus dilakukan perbaikan dan perubahannya itu akan dimulai dari tatanan hukum perundangan-undangannya melalui parlemen di Gedung DPR/MPR itu.

Dan yang paling sangat membahayakan ketika jikalau kemudian PDIP melakukan rekonsiliasi dengan Jokowi dan Golkar.

Kebahayaannya itu bisa saja terjadi dikarenakan terayu dan terbujuk kembali dengan rayuan gombal —yang dahulu PDIP juga pernah terpeleset— menerima trilogi KKN dari kepentingan korporasi konglomerasi oligarki yang tentu saja masih mem-back up nya sekalipun Jokowi sudah lengser melalui guyuran “Angpao, duit Gentong Babi dan Politik Dagang Sapi” tadi.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button