Kisah Islamnya Tujuh Keluarga di Dusun Angansari Bangli
Keluarga Irasun dibantu oleh warga Dusun Angansari kemudian mendirikan Masjid Nurul Iman seluas 45 meter persegi secara swadaya. Tempat ibadah tersebut dibangun di kebun berundak seluas 300 meter persegi milik keluarga Irasun.
Abdul Ibrahim menerangkan ia sempat mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Tokoh Desa Kutuh sempat mencurigai ada pihak lain yang mengarahkan agar Irasun dan keluarga besarnya masuk Islam.
Apalagi, Irasun dan keluarganya memeluk Islam menjelang Pemilihan Umum 1982. Beruntung, tokoh agama, polisi, dan pemerintah setempat bisa menjernihkan situasi.
Tantangan Abdul sebagai pemeluk Islam mula bertambah karena sebelumnya dia dikenal sebagai tokoh yang kerap dilibatkan dalam berbagai urusan adat di banjar. Dia juga sebelum menjadi mualaf aktif dalam Sekaa (kelompok) gamelan di Banjar.
Abdul menerangkan, keluarganya juga menceritakan alasannya memeluk agama Islam. Bahkan, keluarga mualaf tersebut sempat memperdengarkan kembali saran balian yang direkam di kaset agar Irasun sekeluarga masuk Islam demi menyembuhkan luka menahun di kakinya. “Akhirnya bisa dimengerti,” tutur pria berusia 75 tahun itu.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara masyarakat Hindu dan Islam di Dusun Angansari berjalan semakin harmonis. Mereka saling membantu di setiap kegiatan seperti perkawinan.
Kepala Dusun Angansari Made Bagiarta menerangkan kini terdapat 130 keluarga di Dusun Angansari. Dari jumlah itu sebanyak 16 keluarga memeluk Islam. Adapun secara keseluruhan jumlah keluarga Islam di Desa Kutuh mencapai 27 keluarga. []